BBCA, BBRI dan TLKM Pimpin Net Sell Asing Kala IHSG Terperosok
- Saham big caps macam BBCA, BBRI dan TLKM menjadi emiten yang paling banyak dijual oleh investor asing atau net sell.
Bursa Saham
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Senin, 22 April 2024 ditutup terperosok ke level 7.073,82. Saham big caps macam PT Bank Central Asia Tbk(BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi emiten yang paling banyak dijual oleh investor asing atau net sell.
Berdasarkan data RTI Business, pada penutupan perdagangan kemarin, net sell asing atau transaksi jual bersih investor asing di seluruh pasar mencapai Rp921,1 miliar. Artinya, total nilai transaksi beli bersih atau net buy asing sepanjang tahun berjalan ini berkurang menjadi Rp11,1 triliun.
Tercatat net sell asing terbesar di pasar reguler menghajar saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp612,1 miliar. Adapun nilai saham perbankan swasta ini ditutup melemah sebesar 1,32% ke level Rp9.350 per saham.
- Kemenperin Rampungkan Penyusunan Regulasi Pendukung Permendag Impor
- Pasar Kian Besar, TikTok Shop-Tokopedia Membuka Peluang UMKM untuk Naik Kelas
- Apple Tarik WhatsApp dan Meta dai App Store China, Kenapa?
Selain menghantam BBCA, investor asing juga melego saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell Rp452 miliar. Saham BBRI terpantau ditutup menguat 0,47% ke level Rp5.300 per saham.
Selanjutnya, ada PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang tercatat mengalami net sell yang tidak terlalu besar, yakni sebesar Rp99,1 miliar. Adapun saham TLKM ditutup berhasil melenting 0,63% ke level Rp3.175 per saham.
Sebaliknya, investor asing juga terpantau pembelian bersih atau net buy terbesar terhadap saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). Namun, jumlahnya tetap tergolong kecil dibandingkan net sell asing. Pembelian bersih saham BMRI berada di angka Rp95,5 miliar dan TPIA di level Rp38,4 miliar.
Dari sisi harga saham, BMRI ditutup di level stagnan dari harga pembukaan sebesar Rp6.725 per saham. Sementara TPIA yang merupakan emiten terafiliasi Prajogo Pangestu ini berhasil mengakhiri perdagangan dengan penguatan 2,19% ke level Rp7.000 per saham.
Secara keseluruhan, nilai transaksi di bursa pada perdagangan kemarin mencapai Rp11,6 triliun. Terpantau 272 saham yang mengalami kenaikan, 306 saham mengalami penurunan, dan 204 saham lainnya tidak bergerak alias stagnan.
Mayoritas indeks sektoral IHSG mengalami penurunan dan yang terbesar terjadi pada sektor energi yang turun sebesar 0,6%. Diikuti oleh pelemahan pada sektor transportasi sebesar 0,6%, sektor infrastruktur 0,6%, sektor barang konsumsi non-primer 0,3%, dan sektor industri 0,2%.
Sementara itu, sejumlah sektor mengalami penguatan, dengan sektor barang konsumsi primer mengalami kenaikan tertinggi, yakni sebesar 0,9%. Penguatan ini diikuti oleh sektor properti 0,7%, sektor teknologi 0,3%, sektor keuangan 0,1%, dan sektor barang baku 0,1%.
Dari lantai bursa Asia, sebagian besar indeks justru mengalami kenaikan. Contohnya, Nikkei (Tokyo) melonjak 1%, Hang Seng (Hong Kong) naik 1,7%, dan Strait Times (Singapura) meningkat 1,3%. Sedangkan indeks Shanghai (Shanghai) mengalami koreksi sebesar 0,6%.
Penyebab IHSG Rontok
Analisa Pilarmas Investindo Sekuritas mengungkapkan bahwa pelemahan IHSG pada perdagangan kemarin didorong oleh sentimen dari dalam negeri antara lain hasil sidang Mahkamah Konstitusi (MK).
Pilarmas menyebut sengketa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang berlangsung di MK kemarin, dapat berdampak pada pergerakan IHSG serta Rupiah. “Hal ini memicu sikap wait and see para pelaku pasar,” tulis Pilarmas dalam risetnya pada Senin, 22 April 2024.
Pilarmas juga menyampaikan bahwa pada penutupan perdagangan kemarin, dominasi penguatan terlihat pada indeks saham Asia. Hal ini dipengaruhi oleh meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
“Pada Jumat lalu, Iran mengumumkan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk membalas serangan Israel yang sebelumnya menyerang perbatasan Iran menggunakan drone, menyusul serangan yang dilancarkan Iran ke Israel beberapa hari sebelumnya,” jelasnya.
Namun, pasar tampaknya tetap memperhatikan perkembangan ketegangan konflik di Timur Tengah sebab Irak pada hari minggu telah meluncurkan 5 roket yang menargetkan pangkalan militer AS di Suriah. “Di pasar komoditas, harga minyak WTI mulai menurun sebab adanya peningkatan stok minyak mentah AS,” jelas Pilarmas.
Di China, kata Pilarmas, People Bank of China (PBoC) tetap mempertahankan tingkat suku bunga pinjaman acuannya atau Loan Prime Rate (LPR) untuk jangka waktu 1 tahun maupun 5 tahun yang berada di level 3,45% dan 3,95%.
“Hal ini sejalan dengan capaian Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok pada kuartal I 2024 yang sebesar 5,3% YoY melampaui konsensus pasar yang sebesar 5% YoY,” tandas perusahaan efek tersebut.