BBNI dan BBRI Pimpin Lonjakan Saham Big Banks di Hari Perdana Bursa 2025
- Saham big banks mencatat penguatan di awal 2025, dipimpin BBNI dan BBRI. Sejumlah katalis positif, seperti digitalisasi, permintaan kredit yang stabil, dan potensi penurunan suku bunga, siap mendukung kinerja emiten perbankan tahun ini.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham big banks mencatat penguatan serempak pada perdagangan hari perdana bursa tahun 2025. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memimpin penguatan harga saham hingga akhir sesi pertama.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia pada Kamis, 2 Januari 2025, saham BBNI mencatat penguatan signifikan sebesar 2,99% ke level Rp4.480 per saham. Volume perdagangan mencapai 209,05 ribu lot dengan nilai transaksi sebesar Rp92,65 miliar dan frekuensi 4.432 kali.
Kemudian, emite bersandikan BBRI juga menguat sebesar 1,72% ke level Rp4.150 per saham. Adapun volume perdagangan mencapai 845,91 ribu lot dengan nilai transaksi sebesar Rp344,40 miliar dan frekuensi 4.120 kali.
- Bagaimana Perkiraan Ancaman Siber di 2025?
- Cara Mendapatkan Diskon Listrik PLN 50 Persen
- CBDK Patok Harga IPO di Level Rp4.060, Target Saham Diproyeksikan Naik 157 Persen
Sementara itu, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melejit 1,75% ke level Rp5.800 per saham, sementara saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat kenaikan 1,03% ke level Rp9.775 per saham.
Kenaikan ini menjadi sinyal positif di tengah tekanan yang dialami saham big banks sepanjang 2024. Para analis menilai, saham perbankan tetap menarik di 2025 dengan berbagai sentimen dan katalis yang dapat mendorong ekspansi kinerja di tahun ini.
Diketahui, emiten perbankan menghadapi tantangan besar di 2024, seperti likuiditas yang ketat dan biaya dana (cost of fund) yang tinggi. Tantangan ini tercermin dari pergerakan saham big banks yang cenderung menurun sepanjang 2024.
Berdasarkan data RTI, mayoritas saham big banks mengalami koreksi dalam setahun terakhir. Penurunan terbesar dialami oleh BBRI dengan kinerja saham turun 20%, diikuti BBNI turun 13,69%, dan BMRI turun 1,70%.
Namun, beberapa bank mampu mempertahankan kinerja positif. BBCA misalnya yang merupakan emiten perbankan swasta ini sukses mencatat kenaikan harga saham 10,42%, sementara PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) melambung hingga 70,90%.
Prospek Kinerja
Sementara itu, Junior Equity Analyst Pilarmas Investindo, Arinda Izzaty Hafiya, menyampaikan bahwa meskipun likuiditas ketat diperkirakan berlanjut di 2025, sejumlah sentimen dan katalis dapat menopang kinerja emiten perbankan.
Arinda menjelaskan bahwa digitalisasi dan inovasi produk menjadi faktor utama. “Bank yang berinvestasi dalam teknologi digital dan pengembangan produk inovatif, terutama untuk segmen ritel dan UMKM, dinilai mampu menarik lebih banyak nasabah," jelasnya dalam keterangannya dikutip pada Kamis, 2 Januari 2025.
Selain itu, permintaan kredit yang stabil juga menjadi katalis positif. “Pada Oktober 2024, penyaluran kredit tumbuh 10,92%, didukung oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) dari Bank Indonesia. Hingga Oktober 2024, BI telah menyalurkan insentif KLM senilai Rp259 triliun untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor prioritas,” paparnya.
Arinda juga memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed hingga 100 bps pada 2025 dapat mendorong Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Hal ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan margin bunga bersih (NIM).
Rekomendasi Saham
Menurutnya, emiten perbankan dengan pendapatan non-bunga yang kuat, seperti fee-based income, akan lebih tahan terhadap tekanan likuiditas. Kebijakan pemerintah berupa stimulus ekonomi atau insentif bagi sektor tertentu juga dapat meningkatkan permintaan kredit.
Arinda pun merekomendasikan buy untuk tiga saham bank besar yaitu BBRI di posisi teratas dengan target harga Rp5.625 per saham, BBCA dengan target harga Rp12.025 per saham, dan bBBNI dengan target harga Rp6.350 per saham.