logo
Bank Rakyat Indonesia
Bursa Saham

BBRI Lanjutkan Tren Penguatan, Tiga Broker Ini Timbun Saham di Atas Rp100 Miliar

  • Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melanjutkan penguatan pada 16 Januari 2025, setelah diburu investor asing. Tiga broker utama tercatat mengoleksi saham BBRI dengan transaksi lebih dari Rp100 miliar. Bagaimana target ke depannya?

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melanjutkan tren penguatan pada Kamis, 16 Januari 2025, setelah sebelumnya diburu investor asing. Tiga broker tercatat mengoleksi saham ini dengan nilai di atas Rp100 miliar.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sejak perdagangan dibuka hingga pukul 9.23 WIB, saham BBRI terpantau naik 2,20% ke level Rp4.180 per saham. Selama periode tersebut, saham BBRI telah diperdagangkan sebanyak 1,03 juta lot dengan nilai transaksi mencapai Rp431,61 miliar.

Sementara itu, pada perdagangan sebelumnya, saham ini menjadi salah satu yang paling diminati investor asing, dengan net buy sebesar Rp428,13 miliar. Momentum ini bertepatan dengan pembagian dividen interim oleh perseroan dan pemotongan suku bunga oleh Bank Indonesia.

Nah, dari sisi broker, Maybank Sekuritas Indonesia menjadi yang paling aktif mengoleksi saham ini, dengan transaksi mencapai Rp239 miliar. Ini diikuti oleh PT CGS CIMB Sekuritas Indonesia dengan nilai transaksi Rp125 miliar, dan UBS Sekuritas Indonesia dengan nilai transaksi Rp100,9 miliar.

Namun, pertanyaan yang muncul adalah sampai kapan penguatan saham BBRI ini dapat bertahan? Secara teknikal, NH Korindo Sekuritas menetapkan target harga saham ini di level Rp4.500 per saham pada perdagangan hari ini.

Perusahaan efek ini juga menyarankan investor untuk memperhatikan level support di Rp4.105 per saham dan resistance di Rp4.300 per saham. Untuk memitigasi risiko, disarankan bagi investor untuk memasang stop loss di level Rp3.990 per saham.

Sebagai informasi, BBRI baru saja membagikan dividen interim sebesar Rp20,33 triliun atau setara dengan Rp135 per saham. Nilai dividen interim tahun buku 2024 ini melonjak 60,7% dibandingkan dengan dividen interim tahun sebelumnya yang sebesar Rp84 per saham atau total Rp12,66 triliun.

Di sisi lain, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 5,75% pada 15 Januari 2025, setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 14-15 Januari. Selain itu, suku bunga Deposit Facility diturunkan menjadi 5,00%, dan Lending Facility menjadi 6,50%.

Analis Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, menilai pemangkasan suku bunga Bank Indonesia menunjukkan perubahan sikap terhadap pertumbuhan, meskipun langkah selanjutnya bergantung pada faktor eksternal.

“Frontloading kebijakan moneter dapat mendukung prospek laba, namun ruang ekspansi valuasi terbatas karena premi risiko tetap tinggi sebagai kompensasi terhadap risiko mata uang,” jelas Adrian dalam risetnya pada Kamis, 16 Januari 2025. 

Masih dalam riset yang sama, Analis Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat dan Boby Kristanto Chandra, menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga BI sebesar 25 bps diharapkan dapat memberikan likuiditas dan keringanan biaya dana bagi sektor bank, yang pada gilirannya akan membantu mencapai target pertumbuhan pinjaman industri sebesar 11%-13% pada 2025. 

“Penting juga untuk memantau ukuran dan suku bunga lelang SRBI di masa depan untuk mengukur sejauh mana pemangkasan suku bunga kebijakan dapat mempengaruhi biaya dana industry,” tambahnya.