logo
Gregory Hendra Lembong, Wakil Presdir BCA yang disusulkan untuk menggantikan Presdir BCA Tjahja Setiaatmadja.
Perbankan

BCA Bersiap Ganti Presiden Direktur, Bagaimana Prospek Kinerjanya?

  • PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengusulkan Gregory Hendra Lembong sebagai calon Presiden Direktur dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan 2025. Informasi ini dapat ditemukan dalam laman Hubungan Investor di situs resmi BCA.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk (BCA/BBCA) tengah bersiap menghadapi pergantian Presiden Direktur (Presdir). Dengan transisi kepemimpinan ini, muncul pertanyaan mengenai dampaknya terhadap kinerja bank swasta terbesar di Indonesia.

Menurut Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, perubahan ini tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja BCA. 

“Saya rasa kemungkinan besar kinerjanya akan tetap sama. Mereka tidak akan menunjuk orang sembarangan, pasti seseorang yang sudah sangat memahami bisnis BCA,” ujar Rully saat ditemui seusai Media Day by Mirae Asset Sekuritas, Kamis, 13 Februari 2025. 

Stabilitas Kinerja dan Keunggulan BCA

BCA dikenal memiliki fundamental yang kuat dengan likuiditas yang terjaga, cost of fund dan cost of credit yang rendah, serta rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) yang tetap terkontrol. Faktor-faktor ini menjadi kunci stabilitas kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

“BCA sudah berjalan dengan sangat baik dalam waktu yang lama. Mereka memiliki banyak sumber pendapatan dari fee-based income yang membantu menjaga profitabilitas,” jelas Rully.

Keunggulan Kompetitif Dibanding Bank BUMN

Sebagai bank swasta, BCA memiliki fleksibilitas lebih dibanding bank-bank milik negara seperti Bank Mandiri, BRI, dan BNI yang memiliki tanggung jawab dalam mendukung program pemerintah.

“Bank BUMN sering kali mendapat tugas negara, seperti mengembangkan wilayah tertentu terlebih dahulu. Setelah wilayah tersebut berkembang, BCA bisa masuk dan menikmati hasilnya,” tambah Rully. Hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi BCA dalam mempertahankan efisiensi operasional dan strategi bisnisnya.

Baca Juga: Peluang Cuan dari Saham BBCA, BBRI, dan INCO di Pasar yang Volatil

Gregory Hendra Lembong Diusulkan Sebagai Calon Presiden Direktur BCA dalam RUPS 2025

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengusulkan Gregory Hendra Lembong sebagai calon Presiden Direktur dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan 2025. Informasi ini dapat ditemukan dalam laman Hubungan Investor di situs resmi BCA.

Hendra Lembong adalah Warga Negara Indonesia berusia 53 tahun yang saat ini berdomisili di Indonesia. Ia memiliki pengalaman lebih dari tiga dekade di sektor perbankan, baik di dalam maupun luar negeri.

Sejak tahun 2022, Hendra menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur BCA dengan tanggung jawab utama dalam Group Strategic Information Technology serta Group Operation Strategy & Development. 

Selain itu, ia juga melakukan supervisi terhadap Direktur Keuangan & Perencanaan Perusahaan serta Direktur Transaksi Perbankan. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Direktur BCA yang menangani Strategic Information Technology dan Enterprise Security. 

Ia juga turut mengawasi PT Central Capital Ventura, yang berfokus pada investasi modal ventura, serta PT Bank Digital BCA (BCA Digital), anak usaha BCA di bidang perbankan digital.

Latar Belakang Pendidikan & Karier Gregory Hendra Lembong

Hendra Lembong meraih gelar Sarjana Teknik Kimia dari University of Washington, Amerika Serikat, serta gelar Master of Science in Engineering Economic Systems dari Stanford University.

Karier perbankannya dimulai pada 1994 di Citibank, di mana ia berkiprah selama 15 tahun dengan berbagai peran di bidang strategi dan manajemen produk di Asia serta Eropa. Setelah itu, ia bergabung dengan Deutsche Bank London pada 2009—2010 sebagai Global COO & Head of Business Development.

Pada periode 2010—2013, Hendra berkarier di J.P. Morgan Asia Pacific, Singapura, sebagai Regional Head of Transaction Services yang membawahi layanan transaksi seperti cash management, likuiditas, dan FX. Kemudian, ia kembali ke Indonesia pada 2013 dan menjabat sebagai Chief of Transaction Banking di PT Bank CIMB Niaga Tbk. hingga 2018.

Di CIMB Group Malaysia, ia menduduki beberapa posisi strategis, termasuk CEO Group of Transaction Banking (Juli 2016—Desember 2018), Chief Fintech Officer (Juli 2018—Desember 2018), serta Chief Transformation Officer di Bank CIMB Niaga Indonesia (Januari 2019—Maret 2020).