Presiden Jokowi dalam sambutannya di peletakan batu pertama masjid negara IKN, Rabu 17 Januari 2024
Infrastruktur

BCA Investasi Rp75 Miliar ke IKN, Jokowi Ajak yang Lain Tidak Ragu

  • Presiden Jokowi mengajak calon investor dan investor lain untuk tak ragu turut serta memarkirkan modalnya di IKN

Infrastruktur

Debrinata Rizky

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan seremoni groundbreaking investasi PT Bank Central Asia (BBCA). Jokowi mencatat,total investasi BCA di IKN mencapai Rp75 miliar.

Jokowi menjamin dengan BCA membangun kantor di ibukota baru atau IKN akan menguntungkan. Menurut Jokowi prospek imbal hasil yang memuaskan di iKN menjadi alasan BCA berani dan tak ragu untuk menanamkan modalnya di IKN,

“Kalau BCA sudah berani masuk investasi ke Nusantara, artinya investasi di ibu kota ini pasti sangat menguntungkan. Karena, kalkulasi dan hitung-hitungannya BCA biasanya kalkulatornya tidak dobel, tetapi 10 kalkulator dipakai baru berani investasi,” kata Jokowi dikutip dari siaran resmi Sekretariat Presiden, Senin 12 Agustus 2024.

Untuk itu Presiden Jokowi mengajak calon investor dan investor lain untuk tak ragu turut serta memarkirkan modalnya di IKN. Dia juga menyebut, saat ini telah terdapat 472 surat minat investasi atau letter of intent (LoI) yang telah berhasil dihimpun oleh Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN). Di mana, usai dilakukan kurasi sebanyak 220 LoI dinilai kompatibel untuk berinvestasi di IKN.

Pada kesempatan yang sama, Jokowi juga berjanji pada para investor untuk memberikan kemudahan berinvestasi di IKN. Salah satunya, para investor akan difasilitasi dengan proses legalisasi Hak Guna Bangunan (HGB) yang cepat.

Sejarah BCA

PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) adalah bank swasta yang didirikan pada tahun 1957. Selama lebih dari 63 tahun, BCA terus menawarkan berbagai solusi perbankan yang memenuhi kebutuhan finansial nasabah dari berbagai kalangan.

Bank BCA didirikan oleh Soedono Salim atau yang juga dikenal sebagai Liem Sioe Liong, pada 21 Februari 1957. Namun, asal mula pendirian Bank BCA adalah dari pabrik rajut bernama NV Perseroan Dagang dan Industri semarang Knitting Factory yang telah berdiri sejak tahun 1955.

Dua tahun beroperasi, NV Perseroan Dagang dan Industri memutuskan untuk mengubah nama dan jenis bisnisnya. Saat itu, nama NV Bank Central Asia digunakan untuk pertama kalinya. Selanjutnya, Soedono Salim memindahkan kantor pusat NV Bank Central Asia dari Semarang ke Asemka, Jakarta, yang juga menjadi cabang pertama Bank BCA.

Pada 2 September 1975, nama NV Bank secara permanen diubah menjadi PT Bank Central Asia (BCA). Sejak itu, Bank BCA memperluas jaringan cabangnya melalui merger dengan bank lain.

Salah satu merger yang signifikan bagi Bank BCA adalah dengan Bank Gemari milik Yayasan Kesejahteraan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Penggabungan ini membuat Bank BCA berkembang menjadi Bank Devisa pada tahun 1997.

Status baru ini dimanfaatkan oleh Bank BCA untuk semakin mengembangkan perusahaannya. Bank BCA kemudian mengajukan izin kepada Bank Indonesia untuk menerbitkan dan mengedarkan kartu kredit BCA yang dapat digunakan secara internasional.

Selain itu, mereka terus memperluas jaringan kantor cabangnya dan meluncurkan berbagai produk serta layanan keuangan perbankan. Bahkan, BCA mulai mengembangkan sistem teknologi informasi untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas.

Pada tahun 2014-2016, BCA mengembangkan MyBCA, layanan perbankan digital mandiri, dan meluncurkan Sakuku, dompet elektronik berbasis aplikasi. Pada tahun 2017-2018, BCA mulai berkolaborasi dengan perusahaan fintech dan e-commerce untuk sistem pembayaran tanpa cash melalui Bank BCA.

Pada tahun 2019, BCA meluncurkan BCA Keyboard untuk memudahkan transaksi perbankan di berbagai online chat platform, serta sistem pembukaan rekening melalui BCA Mobile dan WELMA, sebuah aplikasi mobile untuk layanan wealth management.