BCA Pertahankan Peringkat idAAA, Outlook Stabil
JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idAAA untuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan peringkat idAA untuk Bank Shelf Obligasi Subordinasi Terdaftar I / 2018 senilai Rp500 miliar. Melansir dari laporan terbaru Pefindo, prospek dari peringkat perusahaan adalah stabil. Peringkat tersebut mencerminkan posisi pasar BBCA yang sangat kuat waralaba di perbankan […]
Industri
JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idAAA untuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan peringkat idAA untuk Bank Shelf Obligasi Subordinasi Terdaftar I / 2018 senilai Rp500 miliar.
Melansir dari laporan terbaru Pefindo, prospek dari peringkat perusahaan adalah stabil. Peringkat tersebut mencerminkan posisi pasar BBCA yang sangat kuat waralaba di perbankan transaksional, profil likuiditas yang sangat kuat, dan profil permodalan yang sangat kuat.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Kami berpandangan bahwa pandemi telah meningkatkan profil risiko industri perbankan secara keseluruhan yang timbul dari penurunan bisnis yang nyata di hampir semua sektor, sehingga permintaan pinjaman dan layanan perbankan lainnya menurun,” melansir laporan Pefindo, Kamis, 4 Maret 2021.
Pefindo melihat dampak COVID-19 pada profil kredit BBCA secara keseluruhan akan tetap dapat dikelola. Bank memiliki eksposur 54,7% dari total portofolio pinjaman ke sektor-sektor terkena dampak COVID-19, seperti manufaktur, perdagangan, restoran & hotel, transportasi, dan konstruksi per 31 Desember 2020.
Risiko tunggakan pinjaman dari sektor-sektor tersebut berpotensi mempengaruhi kualitas aset dan profitabilitas perbankan.
Untuk mengantisipasi dan mengatasi hal tersebut bank terus menerapkan kebijakan penjaminan emisi dan pemantauan pinjaman yang relatif ketat.
Selain itu juga menyisihkan kerugian pinjaman penyediaan kredit bermasalah sebesar 261,0% per 31 Desember 2020.
BBCA adalah salah satu bank komersial terbesar di Indonesia. Hingga 31 Desember 2020, 54,94% saham dimiliki oleh PT Dwimuria Investama Andalan (milik Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono), dewan komisaris dan direksi (0,19%), dan publik (44,87%).