logo
Nasabah beraktivitas  di kantor pusat Bank Tabungan Negara (BTN), Jalan Gajahmada, Jakarta Pusat, Selasa, 9 November 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Beda Arah Laba dan Pertumbuhan Kredit BBTN di 2024, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?

  • Harga saham BTN turun 20% sejak awal tahun. Namun, mayoritas analis masih merekomendasikan beli dengan target harga yang menarik. Simak ulasannya di sini.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA –PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN baru saja melaporkan kinerja keuangan tahun 2024 dengan hasil yang kurang memuaskan. Namun, sentimen program tiga juta rumah bisa menjadi katalis positif untuk perseroan pada tahun ini. 

Berdasarkan laporan keuangannya, emiten bersandikan BBTN mencetak laba bersih sebesar Rp3,00 triliun pada kuartal IV 2024, turun 14,1% secara tahunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp3,50 triliun.

Kendati demikian, BTN mencatat pertumbuhan kredit yang solid di kuartal IV 2024, meningkat 7,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan kredit di segmen berisiko tinggi, seperti KUR, KAR, dan KRING, yang naik 13,9% secara tahunan.

Analis Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadhi dan Brandon Boedhiman mengatakan tingginya rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio / LDR) yang mencapai 93,8% bisa menjadi tantangan dalam penyaluran kredit ke depan. 

“Di samping itu, CoF masih cukup tinggi di angka 4,1%, naik 40 basis poin dari tahun sebelumnya, yang berdampak pada penurunan pendapatan bunga bersih (net interest income / NII) sebesar 19,3% dan penyusutan margin bunga bersih (net interest margin / NIM) sebesar 88 basis poin menjadi 2,9%,” jelasnya dalam risetntya pada Kamis, 13 Februari 2025. 

Meski begitu, kedua analis sepakat, BBTN masih memiliki peluang dari penjualan aset dalam jumlah besar di tahun 2025 yang diperkirakan mencapai Rp1,1 triliun. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan di luar bunga. 

“Selain itu, program pemerintah untuk membangun tiga juta rumah berpotensi meningkatkan alokasi dana FLPP bagi BBTN tahun depan, yang dapat membuka peluang kenaikan suku bunga,” paparnya. 

Meski ada sentimen positif, tantangan tetap ada, terutama dari potensi kenaikan CoF jika kondisi likuiditas tetap ketat. “Kinerja pasar yang lesu sejak awal tahun dapat berlanjut akibat ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi,” jelasnya. 

Rekomendasi Saham

Sementara itu, dari sisi pergerakahan harga saham, nilai emiten BBTN terpantau mengalami penurunan tajam sejak awal tahun ini, yakni 20,59%. Saat ini, saham ini bertengger di angka Rp945 per saham. 

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menyatakan bahwa perseroan belum memiliki rencana buyback seperti yang dilakukan oleh sesama bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

“Berdasarkan diskusi dengan sejumlah analis, harga saham bank di Indonesia, termasuk Himbara, hampir semuanya terkoreksi. Mereka melihat ketatnya likuiditas, sehingga kurang yakin pertumbuhan akan seperti sebelumnya,” ujar Nixon saat ditemui di kawasan GBK, Minggu 9 Februari 2025.

Nixon juga menambahkan bahwa sektor perbankan menghadapi tantangan berupa likuiditas yang ketat, yang dapat memangkas profit. “Banyak bank kini mengoreksi target pertumbuhan mereka di tahun 2025. Mengenai buyback, kami akan melihat perkembangan terlebih dahulu, terutama terkait aksi korporasi akuisisi syariah,” jelasnya.

Saat ini, BBTN tengah dalam proses mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS), yang nantinya akan digabungkan dengan BTN Syariah yang direncanakan untuk dipisahkan (spin-off). Aksi korporasi ini masih menunggu persetujuan dalam RUPS pada Maret 2025.

Kendati mengalami penurunan saham, sebanyak 19 dari 24 analis yang dihimpun Bloomberg merekomendasikan beli untuk saham BBTN. Sementara itu, 4 analis menyarankan hold, dan 1 analis lainnya merekomendasikan jual untuk saham bank yang berfokus pada pembiayaan perumahan ini.

Target harga saham BBTN diproyeksikan mencapai Rp1.479,76 per lembar dalam 12 bulan ke depan, mencerminkan potensi imbal hasil sebesar 59,1% dari harga penutupan terakhir pada Rabu, 12 Februari 2025, yang berada di angka Rp930 per saham.