Ilustrasi BBRI dan BBCA
Bursa Saham

Beda Arah Saham BBRI dan BBCA Usai Rilis Kinerja Semester I-2024, Waktunya Serok?

  • Mandiri Sekuritas memberikan rekomendasi buy untuk saham BBRI dan BBCA dengan target saham, masing-masing di level Rp6.000 per saham dan Rp11.500 per saham.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) telah melaporkan kinerja keuangannya pada semester I-2024. Namun, pada perdagangan berjalan Kamis, 25 Juli 2024, nilai emiten dua banks ini bergerak berlawan arah. 

Berdasarkan data RTI Business, hingga pukul 11.38 WIB, saham BBRI yang baru saja melaporkan keuangan paruh pertama tahun ini pada pagi tadi, bergerak melemah 2,09% ke level Rp4.680 per saham. 

Selama periode tersebut, volume perdagangan saham BBRI mencapai 143,44 juta lembar dengan nilai transaksi Rp675,68 miliar dan frekuensi 35,611 kali. Nah, selama tiga hari terakhir, saham emiten perbankan milik negara ini telah berada di zona merah.

Analis Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat dan Boby Kristianto Chandra mengatakan laba bersih BBRI pada semester I-2024 berhail tumbuh 1% (Year-on-Year/YoY) karena kenaikan biaya kredit mengimbangi pertumbuhan laba operasional sebelum pencadangan atau PPOP yang kuat. 

Asal tahu saja, BBRI sukses mencetak laba bersih konsolidasi sebesar Rp29,90 triliun dan penyaluran kredit Rp1.336,78 triliun, yang tumbuh 11,2% YoY. “Perubahan komposisi pinjaman mikro dari KUR ke Kupedes menunjukkan pentingnya penilaian biaya kredit secara bersih, bukan secara bruto,” jelasnya dalam riset yang terbit hari ini Kamis, 25 Juli 2024. 

Yang terpenting, kualitas kredit BBRI tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross sebesar 3,21% dan NPL net sebesar 0,86% per Juni 2024. BBRI juga mencatatkan NPL coverage sebesar 211,60%.

Alhasil, aset emiten bersandikan BBRI pun tercatat melonjak 9,54% YoY menjadi Rp1.977,37 triliun pada semester I-2024. Berbagai faktor tersebut, Mandiri Sekuritas memberikan rekomendasi (buy) saham BBRI dengan target saham Rp6.000 per saham. 

Mandiri Sekuritas meyakini bahwa emiten dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp700,26 triliun ini akan diuntungkan dari potensi penurunan suku bunga acuan yang mungkin terjadi pada semester II-2024. “Ini dapat mendukung pemulihan profitabilitas di masa depan dan membuat dividen BBRI yang kuat semakin menarik,” tulis Kresna dan Boby.

Sementara itu, BBCA yang telah melaporkan kinerja keuangan semester I-2024, pada Rabu, 24 Juli 2024, kemarin sore, sahamnya perdagangan hari ini langsung melenting bergerak di zona hijau sebesar 1,49% ke level Rp10.225 per saham.

Selama periode tersebut, volume perdagangan saham BBCA telah mencapai 35,08 juta lembar dengan nilai transaksi sebesar Rp358,76 miliar. Pergerakan ini pun mengakhiri saham BBCA yang pada perdagangan di tutup di zona merah. 

Seperti halnya dengan BBRI, Mandiri Sekuritas juga merekomendasikan (buy) saham BBCA dengan target harga Rp11.500 per saham. Perusahaan efek ini menekankan bahwa laba BBCA tumbuh 11% YoY pada semester I-2024, didorong oleh pertumbuhan pinjaman yang kuat sebesar 15% dan biaya dana yang defensif.

Diketahui BBCA berhasil mencetak laba sebesar Rp26,9 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini, dengan penyaluran kredit mencapai Rp850 triliun per Juni 2024, yang melebihi rata-rata industri.  Selain itu, kata Kresna dan Boby, biaya kredit yang disalurkan BBCA juga membaik menjadi 0,35%, sesuai dengan estimasi. 

“Rasio pinjaman terhadap CASA masih di bawah 100%, menunjukkan kapasitas untuk mempertahankan biaya dana yang efisien dan menjaga pangsa pasar pinjaman industri pada semester II-2024,” jelasnya.

Asal tahu saja, dari sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) BBCA naik 5% YoY menyentuh Rp1.125 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi 82% lebih dari total DPK, tumbuh 5,8% mencapai Rp915 triliun.