1000300397.jpg
Energi

Begini Rencana Pertamina Ubah Minyak Jelantah Jadi Bahan Bakar Pesawat

  • Dalam rencana besarnya, minyak bekas ini akan dikumpulkan dari masyarakat salah satunya dengan memanfaatkan SPBU.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) demi mengejar energi bersih berencana mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF). Adapun skema ini memungkinkan agar minyak goreng bekas alias minyak jelantah menjadi bahan bakar pesawat bioavtur.

Hal ini diungkapkan oleh SVP Business Development Pertamina, Wisnu Medan Santoso di mana, pengembangan SAF masih dalam tahap diskusi. Saat ini Pertamina mengkaji sejumlah opsi untuk implementasinya, termasuk cara pengumpulan minyak jelantahnya. Dalam rencana besarnya, minyak bekas ini akan dikumpulkan dari masyarakat salah satunya dengan memanfaatkan SPBU.

"Ini baru diskusi sih teman-teman. Kita lagi explore opsi-opsi lah, karena kita kan punya SPBU, agen-agen yang cukup banyak ya di seluruh Indonesia," kata Wisnu dalam acara Media Briefing bertema Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah pada Senin, 10 September 2024.

Pertamina tengah mengkaji agar SPBU bisa dimanfaatkan sebagai tempat pengumpulan minyak jelantah. Namun, Wahyu menekankan hal ini belum final. Terlebih tantangan proyek ini akan sulit terealisasi apabila stoknya kurang mencukupi.

Anak buah Nicke Widyawati menyebut, Pertamina telah siap baik dari sisi teknologi. Wisnu menuturkan ide untuk membuat bioavtur anyar ini dilatarbelakangi oleh melimpahnya pasokan minyak jelantah di Indonesia. Padahal, jika diolah lebih lanjut limbah minyak goreng tersebut dapat dijadikan campuran bioavtur.

Selaras dengan rencana pengembangan SAF, Pertamina tengah menyiapkan Green Refinery Cilacap dengan target kapasitas produk Biofuel hingga 6.000 barel. Kilang ini dapat memproduksi Hydrotreated Vegetable Oil (HVO), atau bahan bakar dengan komponen nabati. Selain itu, juga memproduksi produk bionafta dan bioavtur (SAF).

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan tercetus memanfaatkan minyak jelantah (used cooking oil) sebagai bahan bakar industri aviasi atau penerbangan, atau avtur.

Luhut menuturkan, sejumlah negara tetangga telah menggunakan minyak jelantah sebagai bahan bakar alternatif untuk pesawat. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki potensi stok minyak bekas yang cukup besar.

Bahkan, Luhut menyoroti lonjakan aktivitas penerbangan bakal membuat emisi karbon yang dihasilkan terus bertambah. Oleh karena itu, Luhut menilai intervensi untuk mengurangi emisi karbon menjadi penting.

Dari berbagai data dan kajian yang didapatnya, ia menyimpulkan SAF sebagai solusi paling efektif untuk mewujudkan masa depan penerbangan yang ramah lingkungan di Tanah Air. Sehingga upaya menciptakan bahan bakar aviasi ramah lingkungan bukan hanya jadi inovasi semata.