Ilustrasi kegiatan usaha PT Adaro Minerals Tbk
Pasar Modal

BEI Awasi Adaro Minerals Karena Meroket 635 Persen, Saham ADMR ARA Lagi

  • Ini merupakan kondisi ARA yang dicacatkan ADMR selama 8 hari perdagangan berturut-turut sejak pertama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pasar Modal

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) kembali mengalami auto reject atas (ARA) pada perdagangan Rabu, 12 Januari 2022. Ini merupakan kondisi ARA yang dicacatkan ADMR selama 8 hari perdagangan berturut-turut sejak pertama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hari ini, saham ADMR melesat 24,58% dan ditutup pada level Rp735 per lembar. Jika diakumulasi, saham ADMR telah meroket hingga 635% dari debut perdagangan perdananya, Senin, 3 Januari 2021.

Padahal, otoritas bursa telah mengeluarkan pengumuman terkait peningkatan harga saham ADMR yang di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA). Pengumuman ini dirilis pada Selasa, 12 Januari 2022.

Sebelumnya, perseroan telah melepas 6,04 miliar lembar saham atau mewakili sebanyak 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pada masa penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan harga pelaksanaan Rp100 per lembar.

Harga itu merupakan level terendah yang dipatok oleh perseroan dari rentang harga Rp100 – Rp125 per lembar. Sementara itu, IPO ADMR disebut mengalami kelebihan pemesanan alias oversubscribed hingga 179 kali dari penjatahan terpusat.

Ekonom sekaligus Praktisi Pasar Modal, Lucky Bayu Purnomo menyebut beberapa faktor yang membuat saham ADMR diburu para investor. Alasan pertama adalah karena emiten itu memiliki fundamental yang cukup baik.

Adaro Minerals melalui lima anak usahanya mempunyai konsesi tambang berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang berlokasi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dengan total luas 146.579 hektar.

Keseluruhan konsesi PKP2B tersebut memiliki sumber daya sebesar 980 juta ton dan cadangan sebesar 170,7 juta ton batu bara metalurgi yang berkualitas tinggi. Kelima konsesi PKP2B tersebut merupakan bagian dari Cekungan Kutei Atas yang memiliki endapan batu bara metalurgi dan merupakan salah satu area greenfields terbesar di dunia.

“Jadi saya melihat penguatan harga saham ini dilihat dari potensi fundamental perusahaan yang memiliki kesempatan untuk meningkatkan produksi karena ada beberapa lahan lagi yang akan disiapkan untuk beroperasi,” ujarnya belum lama ini.

Selain itu, lanjut Lucky, ADMR juga diuntungkan dengan adanya nama besar PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang menjadi induk usahanya. ADRO sendiri dikenal sebagai emiten tambang batu bara dengan fundamental yang apik dan memiliki resiliansi terhadap berbagai kondisi.

Adaro Minerals sendiri merupakan produsen batu bara kokas keras pertama dan satu-satunya di Indonesia. Komoditas ini merupakan salah satu bahan baku utama dalam produksi baja.