Karyawan beraktivitas di dekat layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu, 6 April 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

BEI Catat Volume Transaksi Bursa Karbon Melesat 3 Kali Lipat

  • Pencapaian itu semakin istimewa karena hanya membutuhkan waktu 10 hari. Padahal, sejumlah negara tetangga menghabiskan waktu hingga dua tahun untuk mendongkrak transaksi bursa karbon.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan volume transaksi bursa karbon di Indonesia melejit tiga kali lipat. Pencapaian itu semakin istimewa karena hanya membutuhkan waktu 10 hari. Padahal, sejumlah negara tetangga menghabiskan waktu hingga dua tahun untuk mendongkrak transaksi bursa karbon. 

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan pihaknya mencatat peningkatan volume transaksi bursa karbon tiga kali lipat dalam kurun waktu 10 hari. Saat ini pihaknya  tengah mengkaji pelibatan anggota bursa sebagai perantara di perdagangan bursa karbon

Namun, BEI tidak menargetkan jumlah unit karbon yang akan tercatat di 2024. Meski demikian, BEI berharap total karbon yang diperdagangkan saat ini, yaitu 1,7 juta ton Co2 ekuivalen dapat terjual tahun ini atau tahun depan. 

Sebelumnya, Jeffrey mengatakan BEI selalu aktif mengajak lebih banyak pihak berpartisipasi sebagai pengguna jasa bursa karbon. Sejumlah perusahaan telah menyatakan minat untuk bergabung di IDX Carbon di antaranya PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan anak-anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). 

Dalam debut perdana IDX Carbon pada 26 September 2023, ada 13 transaksi yang dilakukan dengan proyek yang tergistrasi Pertamina NRE yakni proyek Lahendong unit 5 dan 6 di Sulawesi Utara milik PT Pertamina Geothermal Tbk (PGEO). Unit karbon yang diperdagangkan vintage medio 2016 sampai 2020. 

Proyek tersebut teah berkontribusi menurunkan karbon hingga 202.989 ton CO2. Selain itu, telah tercatat dalam perdagangan bursa karbon dari PT PJB UP Muara Karang dan PT UPC Sidrap Bayu Energi yang dimiliki PLN. 

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan Indonesia harus siap menghadapi tantangan dalam bursa karbon. 

Menurut Inarno, Indonesia perlu melihat pengalaman negara-negara tetangga terkait durasi proses listing. “Negara lain butuh berapa lama untuk ada transaksi listed di sana? Saya tidak sebutkan negaranya, tapi yang sebelah kita (negara tetangga) saja itu dua tahun. Kita Alhamdulillah dari hari pertama sudah ada (transaksi),” ujar Inarno.