Kantor pusat Bursa Efek Indonesia (BEI) di kawasan Senayan, Jakarta.
Bursa Saham

BEI Catatkan IPO Terbanyak ke-6 di Dunia

  • Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp54,14 triliun dan obligasi dengan nilai Rp126,97 triliun.

Bursa Saham

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) menembus rekor baru dengan mencatatkan jumlah perusahaan tercatat mencapai 903 emiten dan menjadikannya posisi ke-6 dengan perusahaan IPO terbanyak di dunia.

Menurut laporan EY Global IPO Trends 2023, BEI menduduki peringkat ke-6 sebagai perusahaan yang paling banyak menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), dibawah India, Amerika Serikat (AS), dan China.

Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp54,14 triliun dan obligasi dengan nilai Rp126,97 triliun. 

Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan bahwa pihaknya telah mengukir rekor dengan adanya penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada tahun 2023 yang merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.

‘’BEI terus berupaya menjaring calon perusahaan tercatat, di antaranya dengan melalukan edukasi terkait IPO dalam bentuk seminar, coaching clinicmasterclassone-on-one, baik di pusat atau di daerah,” ujarnya melalui Konferensi Pers Penutupan Perdagangan BEI 2023 di Jakarta, Jumat, 29 Desember 2023.

Secara regulasi, kata dia, pihaknya juga melakukan beberapa penyesuaian demi meningkatkan kualitas calon emiten, seperti perubahan Peraturan Nomor I-A pada 2021, mengenai persyaratan keuangan dan kapitalisasi pasar.

BEI juga melakukan berbagai inovasi dalam proses penawaran umum perdana saham, di antaranya dengan merilis IPO elektronik melalui laman www.e-ipo.co.id yang diharapkan dapat memperluas jangkauan Bursa.

Bertambahnya jumlah emiten di BEI juga diikuti oleh jumlah investor saham yang meroket, dari 811 ribu investor menjadi 5,25 juta investor. Kenaikan jumlah investor ini didominasi oleh investor ritel.

‘’Hal ini menunjukkan keyakinan investor kepada Bursa di tengah berbagai tantangan dan tekanan global,” pungkasnya.