<p>Hypermart adalah salah satu produk ritel milik PT Matahari Putra Prima Tbk. / Facebook @Hypermart-Tanjung-Pinang-City-Center-652877128194713</p>
Pasar Modal

Rumor Diakuisisi Gojek, BEI Suspensi Saham MPPA Lantaran Meroket Tajam

  • PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara perdagangan saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) mulai Jumat, 23 April 2021.

Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara perdagangan saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) mulai Jumat, 23 April 2021.

BEI melalui pengumuman nomor Peng-SPT-00077/BEI.WAS/04/201 mengatakan suspensi ini dilakukan menyusul adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan terhadap pergerakan harga saham MPPA.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 22 April 2021, saham MPPA tercatat menguat hingga 24,6%. Harga saham MPPA bergerak naik dari Rp690 menjadi Rp860 per lembar saham pada perdagangan kemarin.

Beredar kabar PT Aplikasi Karya Anak Bangsa alias Gojek membeli saham emiten ritel pengelola Hypermart milik Grup Lippo PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Rumor ini langsung direspons oleh para pelaku pasar.

Spekulasi tersebut dibuktikan di lantai bursa. Saham MPPA melejit 24,64% hingga menembus auto reject atas (ARA) ke level harga Rp860 per lembar pada penutupan perdagangan Kamis, 22 April 2021.

BEI menyatakan perlu untuk melakukan cooling down terhadap pergerakan saham MPPA. Selain itu, BEI juga mendorong investor dan pihak-pihak terkait untuk memperhatikan keterbukaan informasi dari MPPA.

Menurut pantauan BEI, secara year to date (ytd) atau dari awal tahun hingga 22 April 2021, saham MPPA telah menguat hingga 719%. Harga saham MPPA naik 7 kali lipat dari Rp105 menuju Rp755.

Adapun sentimen yang mempengaruhi pergerakan saham MPPA adalah rencana Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue paling lambat Agustus 2021. 

Sebelumnya, penghentian sementara perdagangan saham MPPA pernah terjadi pada 12 April 2021 silam dengan alasan yang sama.

Menurut laporan keuangan kuartal III-2020, perusahaan tercatat membukukan kerugian bersih hingga Rp332,40 miliar pada kuartal III 2020. Jumlah tersebut membengkak dari kerugian perusahaan pada kuartal III 2019 yang sebesar Rp265,79 miliar.

Sementara itu, pendapatan perusahaan tercatat tergerus akibat adanya pandemi COVID-19. Pendapatan perusahaan hingga kuartal III 2020 menukik menjadi Rp5,11 triliun atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp6,64 triliun. (RCS)