Ilustrasi hubungan China dan Uruguay.
Dunia

Beijing dan Langkah Taktis di Amerika Latin

  • Beijing dipandang sangat tertarik pada perjanjian perdagangan bebas dengan blok Mercosur. Dengan demikian, mereka dapat menekan Paraguay, satu-satunya negara di Amerika Selatan yang masih memiliki hubungan dengan Taiwan yang dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Presiden Uruguay Luis Lacalle Pou dan Perdana Menteri China Li Qiang ingin terus bekerja pada perjanjian perdagangan bebas bilateral. Ada pula target untuk mengejar perjanjian antara China dan blok perdagangan Mercosur yang lebih luas.

Pernyataan itu menyusul pertemuan pada Kamis, 23 November 2023 di Beijing antara keduanya. China dan Uruguay pada pekan ini siap meningkatkan hubungan bilateral mereka menjadi kemitraan strategis yang komprehensif, yang meningkatkan hubungan Montevideo dengan Beijing menjadi seperti Argentina dan Brasil.

Beijing dipandang sangat tertarik pada perjanjian perdagangan bebas dengan blok Mercosur. Dengan demikian, mereka dapat menekan Paraguay, satu-satunya negara di Amerika Selatan yang masih memiliki hubungan dengan Taiwan yang dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya.

Pernyataan tersebut mengatakan, Uruguay dan China berkomitmen untuk mengejar FTA bilateral dan mencatat bahwa studi kelayakan bersama telah selesai. “Pada saat yang sama, kedua belah pihak bersedia untuk mempromosikan pembicaraan FTA China-Mercosur,” tambahnya, dikutip dari Reuters, 24 November 2023.

Lacalle Pou pertama kali mengusulkan FTA bilateral dengan China pada tahun 2021 untuk memastikan peluang serupa bagi para ekspornya seperti yang dinikmati oleh Chili, Kosta Rika, Ekuador, dan Peru—negara-negara yang telah mendapatkan akses bebas tarif ke ekonomi terbesar kedua di dunia.

“Uruguay berkomitmen kuat untuk menjalin hubungan dekat dengan China dan berpartisipasi aktif dalam Belt and Road Initiative (BRI),” kata Lacalle Pou, menurut pembacaan pertemuan di media pemerintah China. “Uruguay juga bersedia untuk mempercepat pembentukan FTA antara Uruguay, Mercosur, dan China,” katanya.

Tetapi Uruguay menghadapi tentangan keras dari sesama anggota Mercosur Argentina, Brasil, dan Paraguay, yang ingin blok mereka menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas dengan Eropa.

November lalu, mereka memperingatkan bahwa mereka bisa mengambil langkah-langkah terhadap Uruguay jika negara tersebut tetap melanjutkan rencananya untuk mengadakan negosiasi FTA secara sendiri dengan China.

Uruguay juga telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan pakta perdagangan bebas trans-Pasifik utama yang juga ingin diikuti oleh China, tetapi baik Montevideo dan Beijing harus mengatasi rintangan politik yang signifikan sebelum hal itu memungkinkan.

Li mengatakan bahwa China dan Uruguay harus mengambil penandatanganan dokumen kerjasama Belt and Road Initiative sebagai peluang untuk mendorong peningkatan perdagangan bilateral yang berkelanjutan.

Menurut data United Nations Comtrade, China menyumbang 27% dari ekspor Uruguay pada tahun 2022. Saat ini, daging sapi Uruguay, yang merupakan dua pertiga dari ekspor tersebut ke China, dikenakan tarif 12%.

Sebagai perbandingan, eksportir daging sapi besar lainnya seperti Australia dan Selandia Baru, yang memiliki FTA dengan China, membayar tarif sebesar 3,3% dan 0%.

Uruguay hampir menandatangani FTA dengan Amerika Serikat pada tahun 2006, tetapi pemerintahnya pada saat itu akhirnya menolak kesepakatan tersebut karena kekhawatiran akan dikeluarkan dari Mercosur jika melakukannya.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh National Meat Institute of Uruguay pada tahun 2021, jika China menandatangani FTA dengan Uruguay, industri daging dapat menerapkan tarif preferensial 0%, yang akan mengurangi tarif sebesar US$150 juta.