Belajar dari Saham ‘Gorengan’ di India, Jokowi Sentil OJK
- Hilangnya aset perusahaan yang mencapai seperempat PBD India itu terjadi karena saham gorengan dari investor Hindenburg Research di AS.
Nasional
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperketat pengawasan setelah peristiwa goreng-menggoreng saham yang menyebabkan seperempat produk domestik bruto (PDB) tergerus.
Dalam pernyataannya, Jokowi menceritakan kasus yang dialami oleh Gautam Adani, orang terkaya di Asia yang berasal dari India.
Adani Group, perusahaan milik Gautam, kehilangan sekitar US$120 miliar atau setara dengan Rp1,8 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp15.055 per-dolar Amerika Serikat (AS).
- Cari Pekerjaan Baru, Berikut Tips Taklukkan Wawancara Bagi Para Korban PHK
- Tips Intermittent Fasting yang Efektif Turunkan Berat Badan
- Rekomendasi 10 Serial Netflix Terpopuler Sepanjang Masa
Hilangnya aset perusahaan yang mencapai seperempat PBD India itu terjadi karena saham gorengan dari investor Hindenburg Research di AS.
"Jangan sampai ada yang lolos seperti itu. Karena gorengan, seperempat PDB India hilang," ujar Jokowi dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023 yang ditayangkan secara virtual, Senin, 6 Februari 2023.
Menanggapi kasus saham gorengan tersebut, lantas Jokowi pun mengimbau agar perlindungan konsumen atas produk-produk jasa keuangan terus diperketat.
Tidak hanya untuk produk saham, Jokowi pun meminta agar tidak ada lagi kejadian yang merugikan seperti kasus Asabri, Jiwasraya, Indosurya, Wanaartha, hingga unit link.
"Jangan sampai kejadian yang sudah-sudah seperti Asabri, Jiwasraya yang (kerugiannya mencapai) Rp17 triliun, Rp23 triliun. Ada juga Indosurya, Wanaartha, sampai unit link," kata Jokowi.
- 7 Cara Fantastis Penggunaan Baking Soda dan Cuka untuk Pecahkan Masalah Sehari-Hari
- 5 Rekomendasi Buku Pengembangan Diri yang Akan Mengubah Karier Anda
- Mulai Khawatir Krisis Penduduk, China Bolehkan Pasangan Belum Menikah Punya Anak
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengatakan bahwa untuk memitigasi risiko dari saham gorengan, pihaknya memiliki parameter tersendiri, salah satunya unusual market acitivity (UMA).
UMA yang terjadi pada suatu saham emiten tertentu dapat disuspensi atau setidaknya dimintai informasi lanjutan mengenai apa yang terjadi di perusahaan yang berkaitan.
“Kami melakukan pengawasan terintegrasi, baik di Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dengan pergerakan sahamnya, atau misalnya untuk pasar negosiasi karena sesuatu yang terjadi di BEI itu tidak lepas dari pasar negosiasi,” kata Inarno dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023 yang ditayangkan secara virtual, Senin, 6 Februari 2023.