<p>Produksi Air Mineral Dalam Kemasan Aqua / Dok. Danone Indonesia</p>
Industri

Belanja Daring Ubah Tren, Industri Kemasan Diprediksi Tumbuh 6 Persen

  • JAKARTA – Seiring dengan pesatnya aktivitas belanja daring, industri kemasan global turut mengalami pergeseran minat konsumen. AT Kerney (2019), dalam hasil risetnya menyampaikan, pertumbuhan penjualan retail daring di Asia yang mencapai rata-rata 19% per tahun menggeser tren kemasan. Dari semula lebih mementingkan penampilan, menjadi kekuatan dan daya tahan kemasan. “Permintaan smart packaging juga meningkat. Artinya, kesadaran […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Seiring dengan pesatnya aktivitas belanja daring, industri kemasan global turut mengalami pergeseran minat konsumen.

AT Kerney (2019), dalam hasil risetnya menyampaikan, pertumbuhan penjualan retail daring di Asia yang mencapai rata-rata 19% per tahun menggeser tren kemasan. Dari semula lebih mementingkan penampilan, menjadi kekuatan dan daya tahan kemasan.

“Permintaan smart packaging juga meningkat. Artinya, kesadaran konsumen terhadap kemasan ramah lingkungan meningkat,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin, 30 November 2020.

Tak hanya soal lingkungan, minat kemasan berkelanjutan juga akan memengaruhi harga jual produk. Sebab, ongkos desain kemasan bakal lebih hemat dan pada akhirnya harga jual turun dan meningkatkan daya saing produk.

Saat ini, teknologi pengemasan sangat berkembang dengan cepat, di antaranya menggunakan Active & Intelligent Packaging. Lalu, Modified Atmosphere Packaging (MAP), Vacuum Pack (preserve the freshness of food), Frozen food (Freezing foof preserves), dan Retort Packaging (for ready to eat meals).

Industri Kemasan RI

Di dalam negeri, Indonesia Packaging Federation (2020) memproyeksikan kinerja industri kemasan di tumbuh sekitar 6% tahun ini dibandingkan dengan realisasi 2019 sebesar Rp98,8 triliun.

Ditinjau dari materialnya, kemasan yang beredar sebesar 44% dalam bentuk kemasan flexible, 14% kemasan rigid plastic, dan 28% kemasan paperboard.

Proporsi ini, diyakini Gati bakal meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya. Pasalnya, terdapat dorongan dari pesatnya peningkatan pasar digital yang membuat mobilitas produk semakin tinggi.

“Karakteristik kedua kemasan tersebut, dari sisi ekonomi dan daya tahan membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik,” ujar Gati.

Dengan kemajuan teknologi saat ini, transformasi kemasan yang lebih ramah lingkungan bukan sekadar mimpi belaka. Alasannya, industri kemasan globak juga tengah berlomba-lomba mengatasi masalah pangan yang rentan risiko, terutama untuk pangan basah.

Sebagai alternatifnya, makanan harus dibekukan terlebih dulu untuk menjaga keamanan dan kekuatannya. Selain itu juga bisa menggunakan Active & Intelligent Packaging untuk mengetahui umur dan kondisi dari makanan tersebut.

“Teknologi retort packaging sangat diperlukan untuk makanan yang dapat  disimpan lama, misalnya rendang atau gudeg dari Jogja,” imbuhnya.