Belot ke China, Pilot Taiwan Niat Curi Heli Chinook
- Selain uang yang ditawarkan, pilot tersebut juga tampaknya diyakinkan pejabat China bahwa keluarganya akan diberi jalan keluar yang aman dari Taiwan.
Dunia
TAIWAN- Seorang pilot Taiwan berencana membelot ke Republik Rakyat China. Dia ditawari US$15 juta untuk membawa helikopter CH-47 Chinook.
Sebagai bagian dari skema pembelotan, individu tersebut seharusnya mendaratkan Chinook di kapal China di Selat Taiwan.
Selain uang yang ditawarkan, pilot tersebut juga tampaknya diyakinkan pejabat China bahwa keluarganya akan diberi jalan keluar yang aman dari Taiwan. Terutama jika potensi konflik antara negara tersebut dan China meletus.
Pilot itu disebut sebagai Letkol Hsieh dari Angkatan Darat Taiwan. Tuduhan itu terungkap dalam dakwaan yang dikeluarkan oleh Kantor Kejaksaan Pengadilan Tinggi Taiwan Senin 11 Desember 2023. Hsieh ditangkap pada bulan Agustus.
Hsieh serta jaringan mata-mata yang lebih luas di militer Taiwan terkait dengan pembelotannya dikatakan telah menjadi perhatian penegak hukum Taiwan sejak awal tahun.
- 50 Persen Gen Z Ternyata Punya Pekerjaan Sampingan
- Habis Rights Issue, Bank BTPN Siap Akuisisi 2 Perusahaan Ini
- Comeback Saat Harbolnas, Berikut Cara Berbelanja di TikTok Shop
Sesuai laporan South China Morning Post Senin 11 Desember 2023 , Hsieh awalnya didekati pada bulan Juni 2022 oleh orang yang diduga pejabat intelijen China. Pendekatan dilakukan melalui pensiunan perwira Angkatan Darat Taiwan.
Sebagai bagian dari skema pembelotannya, Hsieh akan menerbangkan helikopter CH-47SD Chinook ke kapal Angkatan Laut China di Selat Taiwan.
Tidak jelas kapal apa yang dimaksud. Namun beberapa media menyatakan bahwa kapal tersebut adalah salah satu dari dua kapal induk China. Entah Tipe 001 Liaoning atau Tipe 002 Shandong. Angkatan Darat Taiwan sendiri saat ini memiliki delapan CH-47 SD.
Dakwaan itu menyebutkan, Hsieh menyarankan agar Angkatan Laut China melakukan latihan di dekat kota pelabuhan Kaohsiung di Taiwan selatan sebelum pembelotannya. Hal ini untuk mencegah pilot melewati garis tengah sensitif yang membagi Selat Taiwan, dan berfungsi sebagai batas de facto antara daratan China dan Taiwan.
Menghindari garis ini akan meminimalkan kemungkinan Chinook dicegat oleh pesawat tempur Angkatan Udara Taiwan dalam perjalanan menuju kapal China. Menurut instruksi Letnan Kolonel Hsieh diminta menerbangkan helikopter pada ketinggian rendah di sepanjang garis pantai ke kapal induk China yang akan melakukan latihan di dekat perairan 24 mil laut dari Taiwan.
Tidak jelas apa yang akan terjadi pada kru lain di Chinook. Karena tipe tersebut selalu terbang dengan pilot kedua dan kepala kru.
Mengapa China menginginkan helikopter ini juga masih belum jelas. Namun militer China hingga saat ini tidak menerbangkan jenis rotor tandem. Dan mereka kemungkinan besar sedang mencari cara mengembangkan desain alat angkut berat yang lebih baik.
Model CH-47SD adalah pendahulu model Chinook yang lebih baru. Ini akan membuatnya lebih menarik untuk tujuan rekayasa balik. Avionik yang ada di dalamnya serta potensi nilai intelijen awaknya juga bisa menjadi hal yang menarik.
Dalam hal kompensasi finansial, Hsieh awalnya ditawari US$6.355 atau hampir Rp100 juta per bulan. Namun dia menolak tawaran tersebut karena risikonya yang besar. Tawaran selanjutnya adalah sebesar US$15 juta atau sekitar Rp234 miliar. Ini sekitar setengah biaya keseluruhan helicopter. Setelah ada deposit US$1 juta Hsieh akhirnya sepakat.
Sejak awal, pihak China telah menyetujui bahwa istri dan anak-anak Hsieh akan dibantu untuk beremigrasi ke Thailand jika potensi invasi ke Taiwan oleh China terjadi dalam waktu dekat. Pengungkapan mengenai rencana keluarganya untuk beremigrasi ke Thailand menggarisbawahi kekhawatiran akan kemungkinan invasi China ke Taiwan.