PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) laksanakan Public Expose di Jakarta, Kamis, 30 Maret 2023.
Korporasi

Belum Bagi Dividen dalam Waktu Dekat, Merdeka Battery Materials (MBMA) Fokus Genjot Produksi Nikel

  • Saat ditanyai perihal pembagian dividen, Devin pun menjelaskan bahwa untuk beberapa tahun ke depan, perseroan masih akan fokus kepada pertumbuhan kapasitas produksi.
Korporasi
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) akan lebih fokus menggenjot produksi nikel dalam waktu terdekat ketimbang membagikan dividen.

Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Merdeka Battery Materials Devin Ridwan kepada wartawan seusai konferensi pers Public Expose MBMA di Jakarta, Kamis, 30 Maret 2023. 

Dalam konferensi pers yang berlangsung, perseroan tidak menginformasikan mengenai pembagian dividen setelah pelaksanaan initial public offering (IPO) beberapa waktu ke depan.

Saat ditanyai perihal pembagian dividen, Devin pun menjelaskan bahwa untuk beberapa tahun ke depan, perseroan masih akan fokus kepada pertumbuhan kapasitas produksi.

“Dalam beberapa waktu ke depan ini kita akan lebih fokus kepada peningkatan produksi,” ujar Devin. 

Devin pun menyampaikan, dalam waktu dekat ini fokus utama perseroan adalah menyukseskan penyelesaian tahap satu fasilitas High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang sedang dibangun dengan kapasitas 6.000 ton.

Total investasi untuk fasilitas ini mencapai US$1,28 miliar atau setara dengan Rp19,32 triliun dalam asumsi kurs Rp15.100 per-dolar Amerika Serikat (AS). Fasilitas ini diproyeksikan akan memberikan kontribusi besar untuk menggenjot produksi nikel. 

Bahkan, pada tahap awal di tahun 2025, fasilitas HPAL ini dapat berkontribusi hingga sekitar 25% dari EBITDA perseroan. 

“Ke depannya, kami akan terus meningkatkan kapasitas daripada HPAL menjadi 240 ribu ton, tentunya ini akan menjadi komponen atau penyumbang besar dibandingkan proyek hilirisasi yang lain berdasarkan proyek yang kami lakukan saat ini,” kata Devin.

Disampaikan oleh Devin, perseroan menargetkan pembangunan satu fasilitas HPAL lagi, namun untuk fasilitas yang kedua ini pihak MBMA masih sedang di tahap negosiasi dengan mitra. 

Untuk diketahui, MBMA akan menawarkan sebanyak-banyaknya 11 miliar saham baru yang dikeluarkan dari portepel perusahaan atau 10,24% dari total saham perusahaan kepada publik melalui penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dapat ditingkatkan menjadi maksimal sebanyak 12,1 miliar saham atau 11,14% dari total saham perusahaan pada saat IPO. Saham MBMA rencananya akan tercatat di BEI secara perdana pada 18 April 2023. 

Proses penawaran saham MBMA akan berlangsung mulai tanggal 12 hingga 14 April 2023 kepada investor di dalam maupun luar Indonesia. 

Adapun harga penawaran saham MBMA berkisar Rp780-Rp795 per saham sehingga MBMA akan mendapatkan tambahan modal hingga maksimal sebesar Rp9,62 triliun. Penjamin Pelaksana Emisi Efek dari IPO MBMA adalah PT Indo Premier Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. 

Sebagai perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di BEI, MBMA memiliki fundamental yang cukup solid. Sampai September 2022, perusahaan telah mencatatkan pendapatan usaha senilai US$289,45 juta (Rp4,3 triliun) dengan laba kotor sebesar US$31,31 juta (Rp472,78 miliar). Adapun laba periode berjalan sebesar US$32,47 juta (Rp490,29 miliar). 

Kinerja tersebut mencerminkan performa anak usaha sejak tanggal akuisisi sampai dengan 30 September 2022. Dengan total aset mencapai US$1,89 miliar (Rp28,54 triliun), perusahaan memiliki ekuitas sebesar US$1,29 miliar (Rp19,48 triliun).

Wakil Presiden Direktur MBMA, Jason Greive menyatakan, saat ini sumber pendapatan perusahaan masih berasal dari operasional smelter RKEF yang menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas terpasang produksi agregat mencapai 38.000 Ni per tahun per 30 September 2022. 

Namun, setelah pembangunan atau komisioning smelter RKEF baru, tambang SCM dan proyek AIM I, MBMA diproyeksikan akan dapat menghasilkan 88.000 Ni per tahun dan 1,2 juta ton asam per tahun. 

“Sesuai dengan komitmen perusahaan, kegiatan usaha yang dijalankan senantiasa mengikuti regulasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Perusahaan juga berkomitmen untuk menjalankan proses bisnis sesuai dengan prinsip tata kelola Environmental, Social and Governance atau ESG. Ini adalah salah satu bentuk dukungan perusahaan untuk mencapai target net-zero emission pada tahun 2050,” kata Jason.