ilustrasi tambang nikel
Energi

Benarkah China Jadi Penikmat Utama Hilirisasi Nikel RI?

  • Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, hilirisasi nikel di RI dinikmati langsung oleh China. Hal ini berdampak pada kontribusi setoran smelter yang minim pada ekonomi daerah dekat lokasi tambang.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, hilirisasi nikel di Indonesia lebih banyak dinikmati langsung oleh China. 

Alasannya, setoran smelter dinilai minim kontribusi pada perekonomian daerah dekat lokasi tambang. Bhima menyebut, keuntungan hilirisasi ke China terlihat dari mengalirnya ekspor barang setengah jadi dari smelter nikel hingga porsi tenaga kerja asal China.

"80-90 persen produk olahan nikel itu ke China, jadi penikmati utamanya adalah pelaku industri yang ada di China, perusahan-persahaan China," kata Bhima dalam sebuah acara beberapa waktu lalu.

Dalam studi CELIOS juga disebutkan bahwa China adalah investor terbesar dalam pembangkit listrik tenaga batu bara captive di Indonesia. Tepatnya, ada lebih dari 70% kepemilikan 14 perusahaan pengolahan dan pertambangan logam swasta dan milik negara.

Sayangnya, praktik hilirisasi nikel tidak dijalankan sesuai dengan prinsip Environmental, Social, Governance (ESG). Dengan praktik bisnis yang tidak berkelanjutan, Bhima mengatakan hilirisasi belum mampu memberikan nilai tinggi bagi perekonomian nasional.

“Alih-alih untung, RI terancam menerima kerugian jika tidak ada perbaikan strategi.”

Berdasarkan data terbaru Celios dan CREA, pengoperasian penuh kapasitas produksi nominal akan mengakibatkan 5.000 kematian dan beban ekonomi sebesar US$3,42 miliar per tahun akibat dampak kesehatan terkait polusi udara.

Melansir data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di bidang hilirisasi atau proses pengolahan bahan baku menjadi barang siap pakai sepanjang 2023 mencapai Rp375,4 triliun.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan realisasi investasi di bidang hilirisasi ini memberikan porsi 26,5% dari total realisasi investasi sepanjang 2023 di angka Rp1.418,9 triliun.

Lebih lanjut kata Bahlil realisasi investasi di bidang hilirisasi terbesar diperoleh dari sektor mineral yaitu smelter dengan total Rp216,8 triliun. Di mana nikel di angka Rp136,6 triliun, bauksit Rp9,7 triliun dan tembaga diangka Rp70,5 triliun.

Dari sisi 5 besar negara dengan raihan realisasi investasi di 2023 Singapura masih menduduki peringkat pertama di angka US$15,5 miliar disusul R.R Tiongkok sebesar US$7,4 miliar dan Hongkong US$6,5 miliar, lalu ada Jepang dan Malaysia masing masing di angka US$4,6 miliar dan US$4,1 miliar.