Benarkah Ekonomi dan Investasi RI Sudah Pulih?
PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) menilai beragam kebijakan pemerintah untuk memacu pemulihan ekonomi nasional (PEN) mulai menunjukkan hasil positif.
Nasional
JAKARTA – PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) menilai beragam kebijakan pemerintah untuk memacu pemulihan ekonomi nasional (PEN) mulai menunjukkan hasil positif.
Kepala Makroekonomi Bahana TCW, Budi Hikmat menyoroti tiga faktor guna mengukur efektivitas stimulus. Yang pertama terkait stimulus fiskal untuk bantuan sosial dan pelonggaran moneter yang memacu pertumbuhan jumlah uang beredar.
“Secara spesifik kami mencermati pertumbuhan M1 sebagai ukuran daya beli. Ada kabar baik mengingat pertumbuhan M1 melonjak 19,3 persen per Agustus dibanding setahun lalu,” ungkapnya melalui keterangan resmi, dikutip Jumat, 6 November 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Uang beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Investor Asing
Indikator kedua, lanjut Budi adalah kembalinya investor asing untuk membeli surat berharga negara (SBN) Indonesia. Menurut dia, hal ini memperkuat posisi mata uang rupiah.
“Ada isyarat baik, selama Oktober investor asing terus masuk,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Direktur Strategi Investasi Bahana TCW tersebut.
Yang ketiga adalah mulai bergeraknya perbankan yang sudah memiliki likuditas untuk menyalurkan kredit. Baginya, hal tersebut turut memberikan sinyal positif pada pemulihan ekonomi dalam negeri.
“Walau secara tahunan masih mencewakan, angka bulanan pertumbuhan kredit sudah menunjukkan perbaikan,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Budi juga melihat aliran modal asing masih tertahan untuk masuk ke negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Pasalnya, para investor global masih menunggu hasil pemilihan presiden yang sedang berlangsung saat ini di Amerika Serikat.
Selain hasil pilpres AS, ia melihat bahwa pasar juga menanti solusi penanganan wabah COVID-19. Mengingat, saat ini kawasan Eropa tengah mengalami gelombang kedua (second wave). (SKO)