Arcandra Tahar di acara Qsight, “Outlook Energi 2025 dan Kemandirian Energi Indonesia” yang berlangsung di Q Space Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024.
Energi

Benarkah Migas Masuki Fase Sunset Industry? Ini Analisis Arcandra

  • Tren penurunan produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi, terutama pada minyak, memunculkan kekhawatiran sunset atau penurunan industri tersebut. Apabila hal itu terjadi, dampaknya dapat dirasakan pada sektor-sektor lain. Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar menampik hal tersebut.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Tren penurunan produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi, terutama pada minyak, memunculkan kekhawatiran sunset atau penurunan industri tersebut. Apabila hal itu terjadi, dampaknya dapat dirasakan pada sektor-sektor lain. Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar menampik hal tersebut.

Menurutnya, energi dari fossil fuel diperkirakan masih akan tetap dominan. Sampai tahun 2045, konsumsi minyak dunia diperkirakan akan naik mencapai 109-110 juta barel per hari, lebih tinggi sekitar 6-9 juta barel per hari dibandingkan konsumsi saat ini sebesar 101 juta -103 juta barel per hari.

“Ketergantungan dunia terhadap minyak bumi masih akan terus naik meskipun populasi pengguna EV meningkat. Penggunaan EV hanya akan mengurangi konsumsi minyak bumi sekitar 6 juta barel per hari,” jelas Arcandra Tahar di acara Qsight, “Outlook Energi 2025 dan Kemandirian Energi Indonesia” di Q Space Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024.

Di Indonesia sendiri, jika dilihat dari konsumsi batu bara domestik masih menembus 140 juta-150 juta ton per tahun. Bahkan saat ini Indonesia merupakan eksportir batubara terbesar di dunia sekitar 500 juta -600 juta ton per tahun, mengalahkan ekspor batubara Australia yang sekitar 200 juta ton per tahun.

Menurut Arcandra, dengan populasi mencapai 280 juta penduduk, kebutuhan energi Indonesia ke depan akan terus membesar. Sementara pemenuhan energi domestik masih banyak mengandalkan impor.

Seperti minyak bumi dengan konsumsi 1,4 juta barel per hari, Indonesia kini melakukan impor dalam bentuk crude oil dan BBM sekitar 1 juta barel per hari. Besarnya impor minyak terjadi akibat produksi dalam negeri yang terus menurun.

Gencarkan Eksplorasi

Ia mengatakan, selama periode 2016-2019 saat masih menjabat wakil menteri ESDM, bersama menteri ESDM saat itu Ignasius Jonan,  kementerian ESDM melakukan lelang dan perpanjangan terhadap 30 blok migas. 

Dengan skema gross split saat itu setiap pemenang lelang memiliki kewajiban untuk menyediakan dana eksplorasi yang disebut sebagai Komitmen Kerja Pasti. Besaran dana Komitmen Kerja Pasti ini berbeda di masing-masing pemegang blok, karena tergantung pada signature bonus (bonus tanda tangan) yang diberikan oleh pemenang lelang.

Terhadap blok yang diperpanjang dan dilelang, saat itu terkumpul dana komitmen kerja pasti sekitar US$2,7 miliar yang berlaku selama 5 tahun. Jika dana itu tidak digunakan untuk eksplorasi maka akan menjadi milik pemerintah. Eksplorasi dan produksi minyak harus terus ditingkatkan. 

Hal ini karena selain produksi minyak yang menurun, produksi gas bumi domestik juga tidak meningkat. Padahal dengan kebutuhan gas, terutama LNG dunia yang terus meningkat, pada tahun 2030 nanti diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan sekitar 70 mmtpa (Million Metric Ton Per Annum).

Produksi minyak pada periode kedua Jokowi

2019
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan, realisasi produksi minyak mencapai 746.000 barel per hari. Capaian ini masih di bawah target dalam APBN 2019 sebesar 775.000 BOPD atau 96,3% dari target.

2020
Pada tahun 2020, realisasi produksi minyak mencapai 707.000 barel per hari (barrel oil per day/BOPD). Capaian ini masih di bawah target dalam APBN 2020 sebesar 755.000 BOPD atau 93,6% dari target. Pemerintah tak menaikan atau menurunkan target lifting migas sejak 2019 hingga 2020.

2021
Kemerosotan tren produksi makin nampak di 2021, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, realisasi produksi minyak mencapai 660.000 barel per hari. Capaian ini masih di bawah target dalam APBN 2021 sebesar 705.000 BOPD atau 93,6% dari target.

2022
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, realisasi produksi minyak mencapai 612.000 barel per hari terus merosot. Capaian ini masih di bawah target dalam APBN 2022 sebesar 703.000 BOPD atau hanya  tercapai 87,1% dari target.

2023
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, realisasi produksi minyak mencapai 605.500 barel per hari. Capaian ini masih di bawah target APBN 2023 sebesar 660.000 BOPD atau 91,7% dari target.

2024
Sedangkan 2024 pemerintah masih realistis mengingat tren penurunan semakin tajam sehingga target lifting minyak pada APBN 2024 dipatok 635.000 barel per hari. Hingga 9 Oktober 2024 dari laman Kementerian ESDM produksi minyak bumi telah mencapai 564.819 BOPD.