Benarkah Tren TikTok Mouth Taping atau Menggunakan Plester Mulut Saat Tidur Bermanfaat untuk Kesehatan?
- Simak penjelasan mengenai tren mouth taping atau plester mulut yang diklaim dapat mengatasi kebiasaan mendengkur atau bernapas dengan mulut terbuka saat tidur.
Rumah & Keluarga
JAKARTA - Ada tren viral baru di TikTok yang diyakini penggunanya dapat membantu mereka untuk tidur lebih nyenyak yaitu mouth taping di mana mulut diplester saat tidur.
Mouth taping atau pemasangan plester pada mulut saat tidur dilakukan untuk menyatukan bibir saat tidur. Seperti yang dilansir Trenasia dari Healthline pada Rabu, 18 Oktober 2023 pengguna TikTok ikut memuji penggunaan plester di mulut karena dapat menghentikan dengkuran mereka.
Perlu diketahui,mendengkur adalah sesuatu yang dapat mengganggu tidur. Bahkan, ada sekitar 40% pria dewasa yang mempunyai kebiasaan mendengkur dibandingkan dengan 24% wanita.
- Google Chrome Kini Bisa Deteksi Kesalahan Ketik URL di Android dan iOS, Simak Cara Kerjanya
- Strategi BRI Capai Inklusi Keuangan 65,4 Persen di 2023
- Makanan Senilai Rp550 Tiliun Sia-Sia, Kementan dan BRIN Kembangkan Teknologi Khusus
Selain itu, penting untuk menjaga sleep hygiene atau kebiasaan tidur yang sehat. CDC mengatakan hal itu dapat menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan mental. Jadi, tidak mengherankan jika orang yang mengalami masalah tidur mau melakukan apa saja asal memperoleh istirahat yang berkualitas. Namun ternyata, para profesional kesehatan justru berpendapat bahwa menutup mulut tidak boleh jadi salah satu dari tindakan sleep hygiene tersebut.
Bahaya Memplester Mulut atau Mouth Taping
Memplester mulut tujuannya adalah untuk menjaga mulut tetap tertutup saat tidur. Akan tetapi, apakah tidur dengan mulut terbuka sebenarnya berisiko?
Seperti yang dilansir Trenasia dari Healthline, seorang spesialis tidur dan psikolog klinis Michael Breus, PhD mengatakan bahwa saat tidur dengan mulut terbuka, udara dingin dapat masuk ke paru-paru tanpa filter terlebih dahulu. Sedangkan hidung sebetulnya secara khusus telah dilengkapi dengan jaringan yang dirancang untuk melembapkan dan menghangatkan udara serta menyaringnya sebelum masuk ke sistem pernapasan. Orang yang bernapas melalui mulut biasanya juga akan mengalami bau mulut dan cenderung mengalami kerusakan gigi.
Selain itu, pernapasan melalui mulut dapat menjadi pertanda terjadi penyumbatan hidup. Oleh karena itu, muncul ide untuk menutup mulut agar dapat mengurangi dengkuran.
Spesialis tidur Dr. Federico Cerrone dari Atlantic Health System mengakui bahwa plester mulut secara teknis dapat mengurangi dengkuran dan pernapasan melalui mulut saat tidur. Akan tetapi, ternyata risikonya tidak sepadan. Menurutnya, hal itu justru sangat berbahaya dan kemungkinan besar hanya sebagai solusi cepat daripada mengobati akar permasalahannya.
Risiko Mouth Taping atau Plester Mulut
Para ahli mengatakan risiko-risiko dari penggunaan selotip di mulut antara lain pernafasan menjadi terhambat, memburuknya sleep apnea dan faktor risikonya, menimbulkan iritasi atau reaksi alergi akibat pemakaian plester mulut, dan gangguan tidur.
Perawatan Terbaik untuk Mengatasi Mendengkur
Plester mulut atau mouth taping mungkin dapat membantu untuk menghentikan dengkuran, tapi sebetulnya tidak aman dilakukan. Para ahli justru menyarankan Anda untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut.
- Evaluasi apakah terjadi sleep apnea.
- Memeriksakan diri dengan dokter dan mengobati asma dan alergi, dua penyebab umum dari mendengkur.
- Mengubah posisi tidur.
- Menurunkan berat badan.
- Daftar 16 Ponsel yang Bakal Diblokir WhatsApp, Ada iPhone dan Samsung
- Baru IPO, Logisticsplus (LOPI) Tawarkan Rp100 per Saham Ini Rencana Ke depannya
- 5 Alasan Kemenperin Getol dalam Upaya Dekarbonisasi
Itu tadi penjelasan mengenai tren mouth taping atau plester mulut yang diklaim dapat mengatasi kebiasaan mendengkur atau bernapas dengan mulut terbuka saat tidur. Meski begitu, tetaplah untuk percaya dan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu apalagi hal ini bersangkutan dengan kondisi kesehatan Anda, dan jangan tergiur untuk mudah mempraktikan hal-hal yang viral di media sosial seperti TikTok.