Berapa Kali Jantung Kita Berdetak dalam Sehari? Bagaimana dengan Seumur Hidup?
- Celine Dion bernyanyi bahwa "jantungku akan terus berdetak," tetapi seberapa seringkah jantungku berdetak dalam sehari atau bahkan seumur hidup?
Sains
JAKARTA- Lebih dari organ tubuh lainnya, jantung menginspirasi imajinasi. Sepanjang sejarah manusia, orang-orang di seluruh dunia telah menulis, berbicara, dan bernyanyi tentang jantung dalam ribuan bahasa. Mereka menggambarkannya sebagai pusat cinta, kebaikan, dan keberanian.
Celine Dion bernyanyi bahwa "jantungku akan terus berdetak," tetapi seberapa seringkah jantungku berdetak dalam sehari atau bahkan seumur hidup?
Fungsi utama jantung adalah menjaga kita tetap hidup. Organ berotot seukuran kepalan tangan ini menggerakkan sistem peredaran darah , memompa darah beroksigen ke seluruh tubuh. Jantung dapat berdetak lebih cepat atau lebih lambat tergantung pada emosi atau aktivitas fisik kita. Juga karena cedera atau penyakit. Namun secara umum, jantung yang sehat berdetak dengan stabil dan andal.
Lantas berapa jumlah detak jantung dalam satu hari, atau sepanjang rentang kehidupan manusia? Ada banyak variasi pada seberapa cepat jantung Anda berdetak dalam sehari. Apakah Anda sedang duduk di meja, berjalan ke toko, atau berlari di atas treadmill, jantung Anda merespons kebutuhan energi yang berbeda dengan berdetak lebih cepat atau lebih lambat.
“Interval detak jantung bahkan melambat dan bertambah cepat sekitar 100 milidetik setiap kali Anda menarik dan mengembuskan napas,” kata Dr. Partho Sengupta , kepala kedokteran kardiovaskular Sekolah Kedokteran Robert Wood Johnson di Universitas Rutgers di New Jersey.
"Aspek paling menarik dari jantung adalah kemampuannya untuk mengatur laju dan fungsinya tergantung pada kebutuhan metabolisme tubuh," ungkapnya dikutip Live Science Senin 4 Oktober 2024. “Fisiologi terus beradaptasi jantung hampir memiliki otaknya sendiri untuk merasakan kebutuhan tubuh."
Memperkirakan detak jantung seumur hidup dimulai dengan menghitung waktu detak jantung Anda menit demi menit. Lalu melihat apakah rata-rata detak jantung istirahat Anda berada dalam rentang tertentu.
Denyut jantung diukur dalam denyut per menit (BPM). Menurut Harvard Medical School rentang untuk orang dewasa yang sehat adalah 60 hingga 100 BPM saat istirahat, meskipun laju untuk kebanyakan orang dewasa adalah antara 55 hingga 85 BPM.
Sebagai perbandingan, menurut Rumah Sakit Anak Universitas California San Francisco Benioff rata-rata detak jantung istirahat untuk bayi yang baru lahir adalah 70 hingga 190 denyut per menit. Ini untuk memenuhi permintaan energi dari metabolisme yang lebih cepat.
Pada orang dewasa, BPM saat istirahat yang berada di luar kisaran normal. Ahli jantung memperingatkan akan adanya patologi. "Kami mendiagnosis kondisi berdasarkan detak jantung yang lebih cepat, saat menjadi lebih dari 100, atau detak jantung rendah, saat menjadi lebih rendah dari 60," kata Sengupta.
Denyut jantung seseorang biasanya melambat seiring bertambahnya usia, karena waktu membebani otot jantung. Hal itu disampaikan Dr. Salvatore Savona , spesialis penyakit kardiovaskular dan asisten profesor klinis penyakit dalam di The Ohio State University Wexner Medical Center di Columbus.
Misalnya, penuaan dapat menyebabkan perkembangan fibrosis yakni pertumbuhan jaringan berlebih yang menghambat detak jantung, atau irama jantung abnormal seperti fibrilasi atrium. Juga, gangguan irama jantung yang paling umum. "Itu dapat memengaruhi seberapa cepat dan seberapa lambat jantung berdetak," kata Savona.
Bagaimana detak jantung bertambah seiring waktu? Seseorang dengan detak jantung rata-rata saat istirahat 70 BPM, misalnya, akan menghasilkan 100.800 detak jantung dalam satu hari. Dalam setahun, itu akan bertambah menjadi sekitar 36,8 juta detak. Sebagai gambaran harapan hidup rata-rata di AS adalah 77,5 tahun. Artinya dalam seumur hidup, jantung orang tersebut berdetak sekitar 2,85 miliar kali.
Faktor-faktor seperti usia, genetika, cedera, dan penyakit dapat secara bertahap mengikis kinerja jantung. Namun, semakin baik kita merawat organ yang bekerja keras ini, semakin lama dan efektif fungsinya, kata Sengupta.
“Meskipun penuaan merupakan fakta kehidupan dan semua kemampuan tubuh kita menurun seiring waktu, kita memiliki kemampuan untuk setidaknya mengurangi kerusakan yang terjadi karena stres," katanya.
Misalnya, apakah tidur nyenyak merupakan prioritas? Bagaimana dengan pola makan sehat dan olahraga teratur? "Ini adalah pertanyaan yang perlu kita ajukan, tentang bagaimana kita menanggapi kebutuhan tubuh kita dan apakah kita menjaga diri kita sendiri," kata Sengupta.