Pertambangan mineral emas
Industri

Berapa Sebenarnya Pendapatan Negara dari Hilirisasi Nikel?

  • Pada tahun 2022, Indonesia berhasil menjadi eksportir utama dalam kategori HRC di seluruh dunia, dengan nilai ekspor mencapai US$4,1 miliar atau sekitar Rp61,5 triliun

Industri

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia berhasil memperkuat posisinya sebagai eksportir utama produk dari logam nikel. Peningkatan ini terjadi terutama karena implementasi kebijakan hilirisasi dan pelarangan ekspor biji nikel yang diambil oleh pemerintah.

Pada tahun 2022, Indonesia berhasil menjadi eksportir utama dalam kategori HRC di seluruh dunia, dengan nilai ekspor mencapai US$4,1 miliar atau sekitar Rp61,5 triliun (kurs Rp15.000).

Dilansir siaran pers Kementrian Perindustrian, Senin, 14 Agustus 2023, ekspor stainless steel dalam berbagai bentuk, seperti slab, HRC, dan CRC mengalami kenaikan dari US$162,45 miliar pada tahun 2022, naik 4,9% dari tahun sebelumnya yang mencapai US$10,32 miliar atau sekitar Rp154,8 triliun. 

Ekspor ferronikel melonjak 92% menjadi US$13,6 miliar atau sekitar Rp204 triliun dibandingkan tahun 2021 yang mencapai US$7,08 miliar atau sekitar Rp106,2 triliun. Sementara  ekspor nikel matte juga naik 300% dari US$0,95 miliar atau sekitar Rp14,25 triliun pada tahun 2021 menjadi US$3,82 miliar atau sekitar 57,3 triliun pada tahun 2022.

Juru bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, menilai hilirisasi bukan hanya tentang kepemilikan smelter, baik oleh perusahaan asing maupun domestik, tetapi juga tentang peningkatan nilai ekonomi yang memberikan manfaat nyata bagi pembangunan nasional.

 “Hilirisasi jangan dilihat dari ownership smelter, baik itu PMA atau PMDN, tetapi lebih ke arah pendekatan nilai tambah ekonomi, sehingga benefit yang dirasakan dengan berjalannya hilirisasi memberikan nilai nyata bagi pembangunan nasional,”  ujar Febri.

Perkembangan industri nikel di Indonesia memberikan dampak positif bagi pertumbuhan sektor industri di beberapa provinsi dan daerah yang memiliki pabrik pengolahan nikel. Sulawesi Tenggara, sebagai produsen nikel terbesar di Indonesia, terjadi peningkatan pertumbuhan industri pengolahan sebesar 16,74% pada tahun 2022. Sektor ini, yang mayoritas disumbangkan oleh industri pengolahan nikel, turut berkontribusi pada nilai ekspor Sulawesi Tenggara yang mencapai US$5,83 miliar Rp87,46 triliun

Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari daerah penghasil nikel mencapai Rp10,8 triliun pada tahun 2022, meningkat drastis dari Rp3,42 triliun pada tahun 2021. Lima provinsi penghasil nikel, termasuk Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara, memberikan total PNBP sebesar Rp20,46 triliun hingga pertengahan tahun 2023.

Keberadaan pabrik pengolahan (smelter) nikel juga memberikan dampak positif pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sekitar wilayah tersebut. Selain itu, adanya konsentrasi ekonomi di daerah sekitar smelter juga mengalami peningkatan yang signifikan.  Dengan pencapaian  ini, Indonesia terus membuktikan peran strategisnya sebagai salah satu eksportir utama produk hilir logam nikel di dunia.