Beras hingga Daging Ayam Jadi Biang Kerok Inflasi Februari 2024
- Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi bulan Februari 2024 meningkat sebesar 0,37% dari bulan sebelumnya.
Makroekonomi
JAKARTA – Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi bulan Februari 2024 meningkat 0,37% dari bulan sebelumnya.
Secara tahunan, inflasi Februari 2024 mencapai 2,75% dibandingkan dengan angka yang sama pada Februari 2023. Secara keseluruhan sepanjang tahun ini, inflasi pada bulan Februari 2024 mencapai 0,41%.
Mengutip Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, inflasi pada bulan Februari 2024 dipicu oleh kenaikan harga-harga komoditas pangan.
“Terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 105,19 pada Januari 2024 menjadi 115,58 pada Februari 2024,” kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah dalam konferensi pers Jumat, 1 Maret 2024.
- Premi Asuransi Umum Tumbuh 15,3 Persen pada Tahun 2023
- BSI Target 2-3 Juta Nasabah Baru Tiap Tahun
- Perluas Manfaat KUR untuk UMKM, OJK Sumut Tekankan Optimalisasi Regulasi dan Perizinan
Secara tahunan, atau yang dikenal sebagai year to date, terjadi inflasi sebesar 0,41 persen. Inflasi pada bulan Februari 2024, jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, paling besar terjadi pada kategori makanan, minuman, dan tembakau.
“Komoditas beras memberi andil inflasi terbesar baik secara bulanan, year to date, maupun year on year. Secara umum kenaikan harga beras terjadi di 37 provinsi, sedangkan di satu provinisi lainnya menunjukkan penurunan,” kata Habibullah.
BPS mencatat, pada Februari 2024, harga beras mengalami inflasi sebesar 5,32%, yang memberikan kontribusi sebesar 0,21% terhadap inflasi bulanan pada Februari. Sementara itu, dalam inflasi secara tahunan yang mencapai 2,75%, beras memiliki andil sebesar 0,67%.
Komoditas lain yang menjadi penyumbang inflasi adalah cabai merah, dengan kontribusi sebesar 0,9% terhadap inflasi bulanan dan 0,17% terhadap inflasi tahunan pada bulan Februari 2024.
“Kenaikan harga cabai merah di tingkat eceran sejalan dengan kenaikan harga di produsen, pedesaan, dan gorsir,” jelas Habibullah.
Telur ayam berkontribusi sebesar 0,04% terhadap inflasi bulanan, sementara daging ayam ras memiliki andil sebesar 0,02%. Sementara itu, pada inflasi tahunan bulan Februari ini, daging ayam ras memberikan kontribusi sebesar 0,14%.
“Telur dan daging ayam ras turut memberikan andil terhadap inflasi secara bulanan, masing-masing 0,04% dan 0,02%. Kenaikan harga komoditas tersebut sejalan dengan kenaikan harga pakan ternak,” pungkasnya.
Inflasi merupakan fenomena kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus menerus dalam suatu periode waktu tertentu.
- BPTN dan Danai.id Resmikan Kerja Sama Channeling
- Smelter Freeport Indonesia Akan Beroperasi Juni 2024
- 33 BPR Bubar Sepanjang 2023, Begini Penjelasan OJK
Kenaikan harga pada satu atau dua barang saja tidak dapat dikategorikan sebagai inflasi kecuali jika kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan harga pada barang lainnya. Sebaliknya, keadaan ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan disebut deflasi.
Penyebab inflasi sendiri biasanya disebabkan oleh tekanan dari sisi penawaran atau peningkatan biaya produksi. Di sisi lain, disebabkan oleh tekanan dari sisi permintaan atau meningkatnya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya.