Berbalik Joss Setelah Rugi! Hanya Sebulan, Pertamina Raup Laba Rp7 Triliun
Pertamina telah berhasil menjalankan strategi dari berbagai aspek baik operasional maupun finansial. Sehingga, laba bersih pun beranjak naik sejak Mei sampai Juli 2020 dengan rata-rata sebesar US$350 juta setiap bulannya. Pencapaian positif ini akan terus mengurangi kerugian yang sebelumnya telah tercatat.
Industri
JAKARTA – Setelah menderita rugi Rp11 triliun pada semester I-2020, PT Pertamina (Persero) membalikkan keadaan dengan meraup laba Rp7 triliun hanya dalam waktu sebulan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan masuk semester II-2020, kinerja operasional holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas secara keseluruhan menunjukkan tren positif.
“Mulai Mei berlanjut Juli, dan ke depannya, kinerja membaik. Dengan laba bersih (unaudited) di Juli sebesar US$480 juta, maka kerugian kumulatif sampai dengan Juli dapat ditekan dan berkurang menjadi US$360 juta atau setara Rp5,3 triliun,” kata dia dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, 27 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Sepanjang periode Januari-Juni 2020, Pertamina membukukan rugi bersih US$767,92 juta setara Rp11 triliun. Sedangkan, hanya Juli 2020, Pertamina berhasil meraup laba US$480 juta setara Rp7 triliun. Sehingga, kumulatif kerugian kini tersisa US$360 juta.
Pada Juli 2020, Pertamina mencatat volume penjualan seluruh produk sebesar 6,9 juta Kilo Liter (KL) atau meningkat 5% dibandingkan dengan Juni 2020 yang 6,6 juta KL.
Sementara, dari sisi nilai penjualan, pada Juli berada di kisaran US$3,2 miliar atau terjadi kenaikan sebesar 9% dari bulan sebelumnya yang mencapai US$2,9 miliar.
Fajriyah menjelaskan, Salah satu shock yang dialami pada masa pandemi COVID-19 adalah penurunan permintaan bahan bakar minyak (BBM). Namun, seiring pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru dan pergerakan perekonomian nasional, tren penjualan Pertamina pun mulai merangkak naik.
“Kinerja kumulatif Juli juga sudah mengalami kemajuan dan lebih baik dari kinerja kumulatif bulan sebelumnya,” ujarnya.
Masa Sulit
Menurut Fajriyah, periode Februari hingga Mei 2020 merupakan masa-masa terberat Pertamina dengan volume demand yang terus mengalami penurunan tajam akibat pandemi COVID-19. Bahkan, saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penurunan demand di kota-kota besar mencapai lebih dari 50%.
Ditambah penurunan pendapatan di sektor hulu, kata dia, total pendapatan Pertamina, yang tercantum dalam laporan keuangan unaudited Juni 2020, merosot hingga 20%.
Fajriyah juga menyampaikan dengan penurunan pendapatan yang signifikan, maka laba juga turut tertekan. Pada pada Januari 2020, Pertamina masih membukukan laba bersih positif US$87 juta. Namun memasuki tiga bulan selanjutnya, mulai mengalami kerugian bersih rata-rata US$500 juta per bulan.
Untuk mengatasi kondisi ini, lanjut Fajriyah, manajemen Pertamina telah berhasil menjalankan strategi dari berbagai aspek baik operasional maupun finansial. Sehingga, laba bersih pun beranjak naik sejak Mei sampai Juli 2020 dengan rata-rata sebesar US$350 juta setiap bulannya. Pencapaian positif ini akan terus mengurangi kerugian yang sebelumnya telah tercatat.
“Dengan memperhatikan tren yang ada, kami optimistis kinerja akan terus membaik sampai akhir tahun 2020,” katanya.
Selain itu, kinerja laba operasi dan EBITDA juga tetap positif. Sehingga secara kumulatif dari Januari sampai dengan Juli 2020 mencapai US$1,26 miliar dan EBITDA sebesar US$3,48 miliar.
Hal ini menunjukkan bahwa secara operasional Pertamina tetap berjalan baik, termasuk komitmen Pertamina untuk menjalankan penugasan dalam distribusi BBM dan LPG ke seluruh pelosok negeri serta menuntaskan proyek strategis nasional seperti pembangunan kilang.
“Tentu saja, perbaikan kinerja tidak semudah membalikkan tangan, perlu proses dan perlu waktu. Sekarang ini, sudah terlihat dengan kerja keras seluruh manajemen dan karyawan, kinerja Pertamina mulai pulih kembali,” katanya.
Jurus Pertamina
Di sisi lain, Fajriyah juga menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan Pertamina guna meningkatkan kinerja. Misalnya, efisiensi belanja operasional (operational expenditure/opex) dengan memotong anggaran hingga 30%, juga melakukan prioritasi belanja modal (capital expenditure/capex) dengan sangat selektif hingga bisa lebih efisien 23%.
“Banyak sekali yang sudah dijalankan dan akan terus dilanjutkan untuk adaptasi dengan kondisi terkini. Kami melakukan renegosiasi kontrak, memitigasi rugi selisih kurs. Kemudian tetap menjalankan operasional dan investasi untuk mempertahankan produksi hulu, meningkatkan strategi marketing dengan program diskon dan loyalty customer untuk meningkatkan pendapatan. Mereview dan memperbaiki model operasi kilang dan lain-lainnya,” ujarnya.
Prioritas komitmen Pertamina, lanjut Fajriyah, adalah penyediaan dan pelayanan energi bagi seluruh masyarakat Indonesia, mulai dari sektor hulu sampai dengan pendistribusian BBM dan LPG ke pelosok Tanah Air, termasuk program BBM 1 Harga. Tenaga kerja yang langsung terlibat didalamnya pun mencapai lebih dari 1,2 juta orang.
Kendati harus menghadapi tekanan bisnis yang berat sepanjang pandemi, Pertamina berusaha untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), tatkala perusahaan migas global lainnya melakukan PHK besar-besaran. Bahkan Pertamina tetap menjalankan proyek-proyek strategis yang menyerap ribuan tenaga kerja, seperti di proyek pembangunan kilang RDMP & GRR serta proyek infrastruktur hulu dan hilir lainnya untuk membangun ketahanan dan kemandirian energi nasional.
Langkah luar biasa ini adalah bentuk nyata Pertamina sebagai BUMN yang menjalankan amanah dan peran menggerakkan ekonomi nasional, dan tidak hanya berorientasi profit semata.
Lebih jauh lagi, kontribusi Pertamina kepada masyarakat dan negara juga tetap terjaga dengan baik. Selain tetap menjalankan kewajiban pembayaran dividen, penanganan penyebaran COVID-19 juga menjadi prioritas.
Dengan kontribusi total Pertamina Group mencapai hampir Rp900 miliar, Pertamina terdepan dalam memberikan bantuan kepada masyarakat termasuk membangun RS khusus COVID-19 dan fasilitas kesehatan lain yang menunjang. Selain itu, pemberdayaan UMKM juga mendapatkan porsi besar sehingga turut membantu pergerakan ekonomi kecil dan menengah untuk dapat bertahan ditengah kondisi sulit. (SKO)