<p>Emiten pertambangan batu bara milik konglomerat Sudwikatmono PT Indika Energy Tbk (INDY) saat RUPST 2018 / Foto: Dok. Indika Energy</p>
Korporasi

Berbalik Kantongi Laba Rp5,77 Triliun Usai Rugi Tahun Lalu, Masih Didominasi Batu Bara?

  • Dari situ terlihat, penjualan batu bara masih mendominasi sebanyak 90,58% dari keseluruhan pendapatan perseroan

Korporasi

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Emiten batu bara, PT Indika Energy Tbk (INDY) membukukan kinerja ciamik sepanjang 9 bulan 2022. Pada periode tersebut, INDY berhasil mengantongi laba bersih sebesar US$386,49 juta atau setara Rp5,77 triliun (asumsi kurs tengah BI Rp15.742 pada 30 November 2022).

Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, Indika masih merugi sebesar US$8,39 juta. Mengutip laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, penopang laba bersih perseroan adalah pendapatan yang naik 57,2% dari US$1,99 miliar menjadi Rp3,13 miliar atau setara Rp49,31 triliun pada kuartal III-2022.

Kenaikan pendapatan berasal dari peningkatan penjualan batu bara pelanggan luar negeri yang tumbuh 83,86% menjadi US$2,43 miliar. Di sisi lain, penjualan batu bara dalam negeri turun 11,52% menjadi US$399,77 juta. 

Kemudian, pendapatan kontrak dan jasa INDY juga meningkat 42,37% menjadi US$252,59 juta. Masing-masing, pendapatan kontrak dan jasa dari BP Berau Ltd. senilai US$177,31 JUTA, PT Exxon Mobil Indonesia sebesar US$20,37 juta, Star Energy Geothermal Salak, Ltd. US$13,96 juta, serta PT Cabot Indonesia US$7,22 juta.

Dari situ terlihat, penjualan batu bara masih mendominasi sebanyak 90,58% dari keseluruhan pendapatan perseroan. Meski masih menjadi kontributor utama, persentase pendapatan batu bara sedikit menyusut dibandingkan dengan akhir 2021.

Saat itu, persentase penjualan batu bara Indika mencapai 98,09% dari total pendapatan perusahaan yang didirikan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Arsjad Rasjid.

Dalam laporan berkelanjutan 2021, Arsjad menjelaskan bahwa Indika tengah mengurangi eksposur di bisnis batu bara. Bahkan, INDY menargetkanpendapatan dari sektor non-batu bara mencapai 50% pada 2025 dan netral karbon pada 2050.

Kembali ke laporan keuangan, posisi total aset INDY cenderung stabil dengan turun tipis dari US$3,69 miliar pada kuartal IV-2021 menjadi US$3,68 miliar pada kuartal III-2022. Di sisi lain, jumlah liabilitas INDY turun dari US$2,80 miliar pada akhir 2021 menjadi US$2,44 miliar pada kuartal III-2022.