20240626_111515.jpg
Korporasi

Berbalik Merugi Rp1 T di Kuartal I-2024, Berikut Penjelasan Provident Investasi Bersama (PALM)

  • Per-kuartal I-2024, PALM mencatat rugi bersih sebesar Rp1,18 triliun, berbalik dari laba bersih sebesar Rp47,9 miliar yang dibukukan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Korporasi
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Pada kuartal pertama tahun ini, PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) mencatatkan kerugian, berbalik dari laba bersih yang dibukukan pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Namun, Direktur Investasi dan Portofolio PALM, Ellen Kartika, menjelaskan bahwa sebagian besar kerugian tersebut belum terealisasi dan lebih disebabkan oleh fluktuasi pasar saham. 

Pasalnya, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang investasi, profitabilitas Perseroan tidak bisa serta-merta disoroti dari catatan laba-rugi perperiode. 

“Kerugian yang tercatat sebagian besar belum terealisasi, ini adalah hasil dari penyesuaian nilai pasar karena kami berinvestasi di perusahaan yang terdaftar,” jelas Ellen, Rabu 26 Juni 2024.

Fokus Perseroan

Ellen menekankan bahwa fokus perusahaan bukan pada keuntungan atau kerugian jangka pendek, melainkan pada nilai modal investasi saat ini. 

Misalnya, investasi PALM di PT Merdeka Copper Gold Tbk dengan harga modal Rp512,53 per saham masih mencatatkan keuntungan empat kali lipat dibandingkan harga per Maret 2024 sebesar Rp2290 persaham. 

Investasi di PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) juga diharapkan memberikan hasil positif dalam jangka menengah hingga panjang. 

“Kami lebih memperhatikan kinerja perusahaan yang kami investasikan. Tiga perusahaan ini sehat dan kuat di tengah tantangan ekonomi,” tambah Ellen.

Untuk target tahun 2024, PALM tidak menetapkan target pendapatan atau laba spesifik karena bergantung pada pergerakan saham yang diinvestasikan. 

Namun, PALM telah menyampaikan keinginan untuk melakukan penawaran tender sukarela untuk MMLP dengan target tambahan 40,2% kepemilikan saham, dengan total investasi sekitar Rp969 miliar. 

“Ini masih dalam proses di OJK dan publik sudah mengetahuinya. Kami menunggu keputusan efektif dari OJK,” kata Ellen.

Baca Juga: Inilah Aksi-Aksi Korporasi Provident Investasi (PALM) untuk Perkuat Investasi di 3 Sektor Utama

Rencana Investasi

Tahun 2024, PALM fokus berinvestasi di sektor teknologi, sumber daya alam, dan logistik. Pemilihan sektor-sektor ini didasarkan pada rencana pemerintah yang ingin menggenjot pertumbuhan di sektor-sektor tersebut. 

“Kami memilih sektor yang aman dan sesuai dengan rencana pemerintah untuk digenjot. Jadi pertumbuhannya diharapkan bisa positif ke depannya,” jelas Ellen.

Sementara itu, PALM telah melepas aset di Giyanti dengan total nilai Rp131 miliar per 31 Maret 2024. 

“Kami melihat ada potensi reinvestasi yang lebih baik daripada itu. Sebagian dana sudah kami gunakan untuk operasional,” kata Ellen.

Dalam hal pendanaan investasi tahun 2024, PALM menyatakan masih sangat fleksibel. Ellen menyebutkan bahwa Perseroan masih punya dana dari obligasi berkelanjutan yang bisa dipakai sebesar Rp4,17 triliun. 

“Namun, tidak ada target investasi yang bisa kami pastikan. Yang pasti kami akan memaksimalkan berbagai pendanaan yang bisa kami gunakan,” jelas Ellen. 

Dengan strategi ini, PT Provident Investasi Bersama Tbk optimis dapat memulihkan kinerja dan mencapai target investasi tahun 2024, meskipun tantangan ekonomi tetap ada. Fokus pada sektor yang diprioritaskan pemerintah dan pengelolaan portofolio yang fleksibel menjadi kunci dalam menghadapi fluktuasi pasar dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Kinerja Keuangan

Per-kuartal I-2024, PALM mencatat rugi bersih sebesar Rp1,18 triliun, berbalik dari laba bersih sebesar Rp47,9 miliar yang dibukukan pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Meruginya PALM disebabkan oleh kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya yang mencapai Rp1,08 triliun sementara pada kuartal I tahun sebelumnya, Perseroan mencetak angka Rp55,28 miliar di segmen yang sama. 

Kemudian, tercatat juga kerugian selisih kurs yang mencapai Rp25,8 miliar, yang mana pada periode yang sama tahun sebelumnya Perseroan mencatat keuntungan sebesar Rp12,4 miliar.

Tidak cukup sampai di sana, beban usaha Perseroan pun meningkat 49% secara tahunan dari Rp5,08 miliar menjadi Rp7,5 miliar.