<p>Gedung Timah, Gambir, Jakarta. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Korporasi

Berbalik Untung, Laba Bersih TINS 2021 Melonjak 483% Jadi Rp1,3 Triliun

  • Meski produksi pada bijih dan logam timah yang dihasilkan oleh perusahaan di tahun ini mengalami penurunan, hal itu tidak serta merta membuat perseroan menjadi rugi. Tren kenaikan harga yang terjadi pada sejumlah komoditas justru membuat kinerja keuangan perseroan malah berbalik untung.

Korporasi

Muhammad Farhan Syah

JAKARTA – Salah satu anak perusahaan pelat merah milik PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yakni PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan kinerja yang luar biasa sepanjang tahun 2021. TINS membukukan lonjakan laba bersih yang diatribusikan ke entitas induk hingga sebesar 483% year-on-year/yoy menjadi Rp1,3 triliun.

Lonjakan laba bersih yang berhasil diraih itu membuat kinerja keuangan TINS menjadi berbalik positif dibandingkan dengan kinerja keuangan perseroan yang tercatat negatif pada periode sebelumnya di tahun 2020 sebesar -Rp340,6 miliar. 

Adapun, lonjakan laba bersih yang dicatatkan oleh perseroan di tahun berjalan 2021 itu ditopang oleh beban pokok penjualan perseroan yang terhitung mengalami penurunan hingga 20,74% yoy menjadi sebesar Rp11,17 triliun.

Penurunan beban pokok penjualan perseroan di tahun 2021 itu membuat laba bruto yang dicatatkan perseroan juga melesat hingga 206,48% yoy menjadi Rp3,43 triliun dibandingkan dengan laba bruto pada periode sebelumnya di tahun 2020 sebesar Rp1,12 triliun.

Sementara itu di sisi pendapatan, persoran mencatatkan adanya penurunan pada pendapatan usaha sebesar 4% menjadi Rp14,6 triliun pada tahun 2021. Penurunan pendapatan usaha itu disebabkan oleh adanya penurunan pada hasil produksi bijih timah dan logam timah perseroan dibandingkan dengan periode di tahun sebelumnya.

Produksi bijih timah di tahun 2021 adalah sebesar 24.670 Ton Sn, atau terhitung turun sebesar 38% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 39.757 Ton Sn. Adapun dari total produksi timah di tahun ini sebanyak 46% di antaranya adalah berasal dari penambangan darat dan 54% lainnya dari penambangan laut.

Pada tahun yang sama, produksi logam timah pun hanya mencapai 26.456 Ton atau turun hingga 42% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 45.698 Ton. Adapun penjualan logam timah yang berhasil dibukukan oleh perseroan juga mengalami penurunan hingga 52% dibandingkan periode sebelumnya menjadi sebesar 26.602 Ton.

Meski produksi pada bijih dan logam timah yang dihasilkan oleh perusahaan di tahun ini mengalami penurunan, hal itu tidak serta merta membuat perseroan menjadi rugi. Tren kenaikan harga yang terjadi pada sejumlah komoditas justru membuat kinerja keuangan perseroan malah berbalik untung.

Melesatnya harga komoditas timah di pasar internasional menjadi momentum bagi perseroan untuk memperbaiki kinerja keuangannya yang sebelumnya tercatat negatif pada periode di tahun sebelumnya. Karena dengan biaya produksi yang terhitung murah itu, perseroan dapat menjual komoditasnya di harga yang sangat tinggi.

“Melesatnya performa perseroan menjadi sebuah hadiah istimewa di tengah situasi pandemi yang belum berakhir, namun tak menyurutkan optimisme manajemen bahwa di tahun-tahun berikutnya kinerja perseroan akan mampu lebih baik didukung pemanfaaatan teknologi penambangan yang lebih berkualitas dan berbiaya rendah,” terang Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS M Krisna Sjarif dalam keterangan resmi dikutip Selasa, 15 Maret 2022.

Rasio Keuangan

Berbanding lurus dengan laba bersihnya, EBITDA perseroan juga terhitung naik hingga 150% menjadi Rp2,90 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp1,16 triliun. Berkurangnya beban finansial itu pun disebutkan perseroan akibat adanya deleveraging strategy yang diterapkan, serta kemampuan perseroan memilih sumber pendanaan berbiaya rendah.

Rasio keuangan lainnya yang menjadi parameter membaiknya kinerja TINS bisa dilihat melalui sejumlah rasio profitabilitas yakni Net Profit Margin (NPM) yang naik menjadi 9% dibandingkan tahun 2020 yakni negatif 2% dan Gross Profit Margin (GPM) yang naik menjadi 24% dibandingkan dengan GPM di tahun sebelumnya sebesar 7%.

Adapun pada rasio solvabilitas juga dapat dilihat membaik dengan menurunnya Debt to Equity (DER) menjadi 82% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 142%. Sementara itu, kas dan setara kas yang dibukukan oleh perseroan hingga akhir tahun 2021 itu tercatat naik signifikan menjadi sebesar Rp1,78 triliun.