Berbalik Untung, Laba PT Timah Melesat Jadi Rp270 Miliar pada Kuartal II-2021
- Meski tertekan karena pandemi, PT TIMAH Tbk justru berbalik untung dengan mencatat laba tahun berjalan sebesar Rp270 miliar pada kuartal kedua tahun ini.
Korporasi
JAKARTA -- Produsen timah nasional, PT Timah Tbk (TINS) berhasil mencetak rekor pemulihan yang luar biasa sepanjang tahun 2021. Meski tertekan karena pandemi, perseroan justru berbalik untung dengan mencatat laba tahun berjalan sebesar Rp270 miliar pada kuartal kedua tahun ini.
Jumlah ini melesat jauh dibandingkan laba periode yang sama tahun lalu yang merugi Rp390 miliar. Demikian halnya dengan laba operasi tercatat berbalik untung sebesar Rp630 miliar pada kuartal II-2021. Jumlah ini tumbuh signifikan dibandingkan kuartal II tahun yang merugi sebesar Rp227 miliar.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Wibisono mengatakan, peningkatan performa perusahaan ditopang oleh naiknya harga logam timah akibat menyusutnya penawaran di pasar serta adanya efisiensi yang terukur dari manajemen perseroan.
"Di pasar komoditas dunia, logam timah menjadi salah satu komoditas dengan performa terbaik di tahun 2021. Hal ini tentunya menjadi kontribusi positif terhadap pencapaian finansial perseroan," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin, 30 Agustus 2021.
- Sinar Mas Agro Resources and Technology Habiskan Rp2,36 Triliun Investasi di Perusahaan Afiliasi
- Pesan Dovish Jerome Powell dan Pelonggaran PPKM Diramal Bawa Rupiah Perkasa ke Level Rp14.330
- Anies Tunjuk Eks Mendag Thomas Lembong Jadi Komut Ancol
Dia menyebutkan bahwa perseroan terus berbenah memperbaiki kinerjanya selama semester pertama di tahun 2021 setelah tahun lalu begitu terpuruk.
Membaiknya performa finansial yang terus tumbuh dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya menjadi indikator bahwa perusahaan telah melangkah lebih cepat mengatasi kesulitan keuangan.
"Cemerlanganya performa finansial TINS tidak lepas dari komitmen manajemen untuk terus berbenah, sehingga pada 2 Agustus 2021 saham TINS menjadi konstituen di papan IDX30 dan LQ45 yang merupakan indeks prestisius di pasar modal tanah air," papar Wibosono.
Kendati dekmikian, kata dia, pandemi dan pembatasan yang berkepanjangan membuat operasional TINS tidak berjalan normal, sehingga berdampak terhadap menurunnya performa produksi, baik itu produksi bijih timah maupun logam timah.
Pada kuartal II-2021 perusahaan membukukan produksi bijih timah sebesar 11.457 ton atau turun 54% dibandingkan kuartal II-2020 sebanyak 25.081 ton.
"Dari jumlah tersebut bijih timah laut memberikan kontribusi terbesar," katanya.
Selanjutnya, untuk produksi logam timah pada triwulan II tahun 2021 adalah sebesar 11.915 ton. Jumlah ini juga turun 57% dibandingkan triwulan II tahun 2020 yang mencapai 27.833 ton.
Penurunan kapasitas produksi sepanjang tahun berjalan membuat penjualan komoditas unggulan perusahaan ikut turun.
Pada triwulan II tahun 2021, total penjualan tercatat sebesar 12.523 ton, turun 60% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 31.508 ton.
Penurunan penjualan inilah yang menyebabkan pendapatan perusahaan turun 27% dari Rp8,03 triliun menjadi Rp5,87 triliun pada kuartal II-2021.
Meski penjualan komoditas turun, laba perusahaan sebelum bunga, pajak, dan amortasi melesat menjadi Rp1,04 triliun, tumbuh 298,8% dari periode tahun lalu sebesar Rp348 miliar).
Demikian halnya dengan arus kas operasi naik signifikan menjadi Rp2,58 triliun dari Rp620 miliar periode tahun lalu.
TINS memiliki rasio profitabilitas yang sehat, hal mana terlihat dari rasio GPM (Gross Profit Margin) sebesar 19%, meningkat dari triwulan II tahun 2020 sebesar 3%) dan rasio NPM (Net Profit Margin) sebesar 5%, naik dari triwulan II-2020 yang terkontraksi 5%.
Adapun rasio DER (Debt to Equity Ratio) triwulan II tahun 2021 TINS sebesar 103%. Rasion ini berhasil menyusut dibandingkan periode akhir tahun 2020 sebesar 142%.
Sementara, hutang bank jangka pendek berhasil diturunkan dari Rp3,8 triliun pada akhir tahun 2020 menjadi Rp2,2 triliun.
Wibisono menuturkan, perseroan akan terus berupaya memberikan performa terbaiknya dengan terus menerapkan tata kelola pertambangan yang baik (Good Mining Practice) untuk masa depan.
TINS juga terus melakukan pengawasan terhadap Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dimiliki, sehingga risiko terjadinya kebocoran timah di lapangan bisa ditekan. Dengan penertiban yang berkelanjutan, ruang gerak penambang timah ilegal di IUP TINS menjadi terbatas.
"Peningkatan permintaan logam seiring meredanya pandemi COVID-19 mendorong stabilnya harga logam yang berdampak juga berkembangnya industri hilir logam timah, diharapkan menjadi salah satu motor pendongkrak kinerja TINS di tahun pemulihan ini," katanya.*