Berburu Kuliner Tradisional di Pasar Kaki Langit
Home

Berburu Kuliner Tradisional di Pasar Kaki Langit

  • Kabupaten Bantul di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memang kaya akan keindahan alam. Salah satunya di wilayah perbukitan Mangunan, Kecamatan Dlingo, yang berjarak kurang lebih 25 kilometer ke arah selatan dari pusat Kota Yogyakarta. Berbagai tempat wisata bernuansa alam terus dikembangkan di area ini, diantaranya Hutan Pinus Asri, Puncak Becici, Jurang Tembelan, Seribu Batu, Bukit Panguk […]

Home

Tyo Sulistyo

Kabupaten Bantul di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memang kaya akan keindahan alam. Salah satunya di wilayah perbukitan Mangunan, Kecamatan Dlingo, yang berjarak kurang lebih 25 kilometer ke arah selatan dari pusat Kota Yogyakarta. Berbagai tempat wisata bernuansa alam terus dikembangkan di area ini, diantaranya Hutan Pinus Asri, Puncak Becici, Jurang Tembelan, Seribu Batu, Bukit Panguk Kediwung, dan sejumlah tempat wisata lain yang kini ramai didatangi pengunjung.

Tak hanya wisata alam, para pengunjung juga bisa menikmati keunikan pasar tradisional di area ini yang diberi nama Pasar Kaki Langit. Pasar ini beda dengan pasar-pasar lainnya.

Berlokasi di Sendang Mangunan, Pasar Kaki Langit hadir sebagai salah satu destinasi wisata digital yang dicanangkan Kementrian Pariwisata dan dibangun diinisiasi Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Jogja. Genpi sendiri merupakan komunitas relawan yang digawangi anak muda dan bertujuan mempromosikan beragam destinasi wisata di Indonesia.

Pasar ini hanya buka setiap hari Sabtu dan Minggu, pukul 06.00 hingga 12.00 WIB. Beragam kuliner tradisional khas Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, dijajakan di tempat ini diantaranya gudeg, thiwul, kicak, klepon, lotek, pecel, miedes, wedang uwuh, dan lain sebagainya.

Para pedagang menjual dagangannya di gubug-gubug yang telah disediakan Genpi. Menurut Lurah Pasar Kaki Langit Latifah, para pedagang ini merupakan warga lokal dan tidak dikenai biaya untuk sewa tempat. “Selain destinasi wisata digital, kehadiran Pasar Kaki Langit ini juga untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar,” kata Latifah.

Untuk membeli berbagai kuliner di Pasar Kaki Langit, para pengunjung harus lebih dulu menukarkan uang rupiah mereka dengan koin kayu atau yang biasa disebut kreweng di tempat penukaran uang. Tempat penukaran uang ini terletak di pintu masuk.

Setelah menukarkan uang dengan koin kayu yang bertuliskan angka 1, 2, 5, atau 10, para pengunjung bisa langsung berburu kuliner tradisional yang tersedia. Koin 1 sama dengan Rp 1.000, koin bertuliskan angka 2 setara dengan Rp 2.000 dan seterusnya. Harga makanan di pasar ini tergolong murah, mulai 2 ribu rupiah hingga 20 ribu rupiah.

Pengunjung bisa menyantap makanan di meja-meja yang telah disediakan sambil menikmati kesenian tradisional gejog lesung. Gejog lesung ini dimainkan oleh ibu-ibu warga setempat. Bahkan anda juga diperbolehkan untuk ikut memainkan kesenian gejog lesung ini sambil bernyanyi di atas panggung.

Menurut Kristin, pengunjung asal Bogor yang baru sekali datang, makanan dan suasana di Pasar Kaki Langit mengingatkan dirinya akan masa kecil. “Benar-benar asyik banget. Makanannya murah, tradisional banget dan jangan ditemui di kota. Tapi di sini, kita bisa menikmatinya sampai puas. Suasananya juga luar biasa asyik,” kata ibu dua anak ini.

Setelah puas berburu kuliner dan menikmati kesenian di Pasar Kaki Langit, jangan lupa untuk membawa pulang merchandise dan minuman instan untuk dibawa pulang. Harganya sangat ramah di kantong. Mercandise yang tersedia berupa payung dan tas khas Pasar Kaki Langit, sementara minuman instan berupa wedang uwuh celup dan secang sachet yang tahan lama bisa dibeli untuk oleh-oleh.