<p>Presiden China Xi Jinping</p>
Nasional

Beredar Rumor Xi Jinping Dikudeta, Mata Uang Yuan Bakal Lanjut Merosot?

  • Jagat media sosial dihebohkan dengan rumor mengejutkan yang menyebut bahwa Presiden ke-7 China Xi Jinping telah dikudeta oleh pihak militer. Rumor dikudetanya Xi pun berpotensi dapat mengganggu stabilitas perekonomian di China yang dalam beberapa waktu terakhir tengah mengalami perlambatan.
Nasional
Muhammad Farhan Syah

Muhammad Farhan Syah

Author

JAKARTA - Jagat media sosial dihebohkan dengan rumor mengejutkan yang menyebut bahwa Presiden ke-7 China Xi Jinping telah dikudeta oleh pihak militer. Tak hanya itu, Xi juga disebut tengah menjalani status sebagai tahanan rumah di Beijing

Rumor yang beredar juga menyebutkan bahwa pimpinan tertinggi di China itu telah dicopot sebagai Kepala Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Kabar tersebut kian ramai setelah ada beberapa rute penerbangan keluar ibu kota China, Beijing yang dibatalkan oleh pihak bandara.

Hingga saat ini, tanda-tanda kebenaran atas informasi itu masih belum terlihat. Meski begitu, rumor mengenai dikudetanya Xi pun berpotensi dapat mengganggu stabilitas perekonomian di China yang dalam beberapa waktu terakhir tengah mengalami perlambatan.

Pada perdagangan valuta asing Jumat 23, September 2022, mata uang China Yuan (CNY) terhadap dolar AS (USD) telah merosot sebanyak 69 basis poin menjadi 7.1266 per USD, itu juga sekaligus menjadi level terendah yang telah disentuh yuan dalam waktu 28 bulan terakhir.

Sebagai informasi, tren pelemahan yang terjadi pada yuan terhadap dolar AS diketahui telah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir. 

Perusahaan bank investasi AS Goldman Sachs bahkan telah memangkas tajam proyeksi pertumbuhan ekonomi di China pada tahun 2023 menjadi 4,5%. Padahal, Goldman Sachs sebelumnya memiliki proyeksi produk domestik bruto (PDB) di China akan naik 5,3%.

Meski belum valid kabar dikudetanya pemimpin tertinggi di China, rumor yang beredar tersebut berpotensi dapat memperparah pelemahan yang terjadi pada yuan ataupun perlambatan ekonomi yang saat ini tengah melanda negeri tirai bambu itu.