Rekor harga minyak mentah dunia menyentuh level negatif.
Dunia

Berencana Setop Keran Impor Minyak dari Rusia, Uni Eropa Pertimbangkan Timur Tengah

  • Uni Eropa mencoba untuk menghentikan impor minyak dari Rusia imbas sanksi atas perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia.

Dunia

Debrinata Rizky

JAKARTA - Uni Eropa (UE) berencana untuk menghentikan impor minyak dari Rusia imbas sanksi atas perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia.

Jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan, hal ini berpotensi untuk mengurangi pasokan minyak di Uni Eropa hingga jutaan barel per hari.

Melansir dari CNN, Selasa 10 Mei 2022, Badan Energi Internasional UE memproyeksikan, dampak rencana penyetopan impor minyak dari Rusia bisa menyebabkan Benua Biru kehilangan 2,2 juta barel per hari (bph) untuk minyak mentah dan 1,2 juta bph produk minyak bumi.

Untuk mengatasi kekurangan pasokan tersebut, UE bisa beralih dengan membeli minyak ke negara-negara di Timur Tengah. Alasannya, karena sejumlah negara di sana disebut menjadi produsen besar minyak di dunia, dengan hampir setengah cadangan minyak di dalamnya.

Adapun negara-negara Timur Tengah yang memiliki cadangan minyak bumi cukup banyak antara lain, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab di urutan pertama. Keduanya memiliki cadangan terbesar di antara negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dengan kapasitas produksi sekitar 2,5 juta bph.

Di posisi kedua, ada Irak yang dapat memproduksi sebanyak 660.000 bph. Menyusul di posisi ketiga adalah Libya.

Sayangnya, negara ini sering mengalami ketegangan politik yang berkelanjutan. Pada akhir April 2022, National Oil Corporation (NOC) mengatakan negara itu kehilangan lebih dari 550.000 bph.

Hal ini terjadi karena adanya pemblokiran ladang minyak utama dan terminal ekspor oleh kelompok-kelompok yang tidak puas secara politik. Dilaporkan, ada satu kilang mengalami kerusakan setelah bentrokan bersenjata.

Keempat ada Iran, dapat berkontribusi hingga 1,2 juta bph. Perusahaan data Kpler memperkirakan, Iran memiliki 100 juta barel dalam penyimpanan terapung pada pertengahan Februari.

Kendati memiliki cadangan dan produksi minyak raksasa, negara Timur Tengah tak serta merta menjadi opsi yang ideal untuk menggantikan Rusia. CEO dan Kepala Penelitian Minyak di CMarkits di London, Yousef Alshammari menilai, terdapat sejumlah kendala terkait importasi dari negara Timur Tengah. 

Beberapa kendala tersebut di antaranya, minimnya investasi di bidang infrastruktur, kerap terjadi konflik, aliansi politik, dan sanksi. 

“Sehingga, diragukan akan bisa memenuhi atau bahkan menyelamatkan pasokan di kawasan Eropa,” kata Yousef dikutip dari CNN.