<p>Presiden Direktur PT Provident Agro Tbk (PALM) Tri Boewono (ketiga kiri) bersama Presiden Komisaris Maruli Gultom (ketiga kanan), Komisaris Independen Teuku Djohan Basyar, (kiri) Komisaris Independen Johnson Chan (kedua kiri), Direktur Budianto Purwahjo (kedua kanan), dan Direktur Devin Antonio Ridwan (kanan) berbincang di sela Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST dan RUPSLB) di Jakarta, Kamis, 30 Juk8 2020. Sepanjang 2019 lalu, Provident fokus menerapkan kebijakan efisiensi biaya operasional serta mengoptimalkan produksi perkebunan. Berkat penerapan kebijakan tersebut, PALM berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan 25% pada Semester I-2020 menjadi Rp 121,28 miliar dibandingkan periode yang sama sebelumnya sebesar Rp 97,12 miliar. Laba bersih PALM juga melonjak 142% menjadi Rp 17,05 miliar. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Berhasil Lewati Tantangan, Laba Bersih Provident Agro Melesat 142%

  • JAKARTA – PT Provident Agro Tbk. berhasil meningkatkan kinerjanya dalam enam bulan tahun ini. Hasilnya, saham perseroan juga tumbuh 20% secara year to date hingga akhir Juli 2020. Sepanjang semester I-2020, pendapatan emiten dengan kode saham PALM naik 25% dari Rp97,12 miliar menjadi Rp121,28 miliar. Catatan tersebut mendorong kenaikan harga saham PALM menjadi Rp240 dari […]

Industri

Issa Almawadi

JAKARTA – PT Provident Agro Tbk. berhasil meningkatkan kinerjanya dalam enam bulan tahun ini. Hasilnya, saham perseroan juga tumbuh 20% secara year to date hingga akhir Juli 2020.

Sepanjang semester I-2020, pendapatan emiten dengan kode saham PALM naik 25% dari Rp97,12 miliar menjadi Rp121,28 miliar. Catatan tersebut mendorong kenaikan harga saham PALM menjadi Rp240 dari posisi akhir 2019 Rp200. Bahkan, laba bersih perseroan melonjak 142% menjadi Rp17,05 miliar.

Hingga Juni 2020 atau Semester I-2020, Provident Agro mencatatkan produksi tandan buah segar (TBS) sebanyak 50,662 ton. Produksi CPO dan PKO masing-masing sebesar 14.529 ton serta 2.504 ton.

Selain itu, Perseroan juga telah melakukan peremajaan pada luas Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) sekitar 1.131 hektar. Adapun luas lahan dengan tanaman menghasilkan mencapai 5.164 hektar.

Efisiensi Biaya

Pembalikan kinerja keuangan Provident Agro sejalan dengan upaya perseroan menerapkan kebijakan efisiensi biaya operasional. Hal itu, menurut dia, juga didukung pengoptimalan produksi perkebunan sepanjang tahun 2019.

Strategi ini merupakan upaya perseroan untuk mempertahankan kegiatan bisnis tetap optimis ditengah tantangan perekonomian global yang membuat harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) menurun.

“Tahun 2019 merupakan tahun penuh tantangan dan berlanjut hingga saat ini. Menghadapi tantangan ini, manajamen berkomitmen untuk menjaga fundamental bisnis Perseroan tetap kompetitif. Efisiensi dan optimalisasi merupakan jawaban yang tepat agar terus memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Termasuk pemegang saham,” kata Presiden Direktur Provident Agro, Tri Boewono. Dia menyampaikan itu seusai rapat umum pemegang saham (RUPS) di Jakarta, Kamis, 30 Juli 2020.

Selain menjalankan kebijakan efisiensi dan optimalisasi produksi, Tri menambahkan, perseroan terbuka dengan segala peluang bisnis usaha yang prospektif.

Perseroan tentunya akan melakukan kajian yang komprehensif terhadap peluang-peluang bisnis tersebut untuk mengetahui seberapa besar potensinya dalam memberikan nilai tambah dan memperkuat fundamental Perseroan dalam jangka panjang.

Buyback Saham

Para pemegang saham perseroan juga sepakat untuk mencadangkan anggaran sebesar Rp28,93 miliar untuk pembelian kembali (buyback) sebanyak 110 juta saham atau 1,55% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan untuk jangka waktu 12 bulan secara bertahap sejak persetujuan dalam RUPS.

Direktur Keuangan Provident Agro, Devin Antonio Ridwan menjelaskan perang dagang antara Amerika Serikat dan China, perbedaan tarif impor produk minyak sawit Indonesia ke India, kemarau yang berkepanjangan dan harga CPO yang terus menurun.

“Perang dagang antara kedua negara dengan kekuatan perekonomian terbesar di dunia tersebut berdampak terhadap bisnis CPO. Meski pada akhirnya harga CPO sempat membaik di triwulan terakhir tahun 2019 pun belum mampu mengangkat kinerja industri secara signifikan. Situasi yang menantang ini pada akhirnya berdampak langsung terhadap kinerja perseroan,” ujarnya.

Sepanjang tahun 2019, emiten dengan kode saham PALM mencatatkan pendapatan Rp189,16 miliar atau menurun 58% dari pendapatan pada tahun 2018 sebesar Rp446,65 miliar.

Penurunan kinerja tersebut terutama disebabkan oleh penurunan volume penjualan CPO, palm kernel (PK) dan tandan buah segara (TBS) sehubungan dengan divestasi entitas anak pada tahun 2018 serta adanya penurunan harga rata-rata penjualan CPO perseroan pada tahun 2019.

Penurunan Volume Jual

Hal ini tentunya tercermin pada penurunan volume penjualan dari CPO dan Palm Kernel Oil (PKO). Begitu juga penurunan harga rata-rata penjualan CPO turut memengaruhi pendapatan, dari Rp7.419/Kg pada tahun 2018 menjadi Rp6.674/Kg pada tahun 2019.

Adapun harga rata-rata penjualan PKO pada tahun 2019 sebesar Rp3.725/Kg pada tahun 2019, menurun dibandingkan tahun 2018 yaitu sebesar Rp5.832/Kg.

Untuk tahun ini, Devin mengatakan Perseroan tetap menjalankan kebijakan efisiensi biaya operasional dan optimalisasi produksi perkebunan. Selain itu, Perseroan mengoptimalkan peluang bisnis yang prospektif.

“Kondisi perekonomian global menghadapi tekanan yang hebat akibat pandemi COVID-19, karena itu strategi efisiensi dan optimalisasi kami lanjutkan kembali. Manajemen optimistis strategi ini akan membawa Provident Agro melewati masa krisis khususnya akibat pandemi COVID-19 dan tetap menjaga pertumbuhan bisnis yang positif,” ujar Devin.