Berkaca Pada Sejarah, Bali Siap Jadi Salah Satu Poros Maritim Indonesia
- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika menilai Bali sebagai poros maritim Indonesia memiliki potensi yang besar.
Nasional
JAKARTA - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika menilai Bali sebagai poros maritim Indonesia memiliki potensi yang besar.
Hal ini diamini oleh budayawan Ngurah Paramartha yanUMKM Turut Dilibatkan untuk Memeriahkan Piala Dunia U-17
“Bali sudah sejak dulu dikenal dengan poros maritimnya. Banyak kapal-kapal dari luar berlabuh dan melakukan berbagai kegiatan sosial dan ekonomi,” terangnya.
Ia juga membeberkan bukti sejarah yang menunjukkan pelabuhan dan pura besar di pesisir Bali utara.
“Bukti sejarah juga menunjukkan selain pelabuhan-pelabuhan besar juga adanya sebaran pura yang ada di pesisir Bali terutama di kawasan Bali bagian utara.” terang Paramartha
Sayangnya hingga saat ini masih belum dibangun marina yang berpotensi menguntungkan Bali karena kapal pesiar dapat diarahkan ke sana.
“Ke depannya bisa dibangun marina di kawasan Bali utara sehingga kapal pesiar dapat diarahkan ke sana. Hal ini sekaligus untuk menyeimbangkan pembangunan di utara dan selatan Bali,” tambahnya.
- UMKM Turut Dilibatkan untuk Memeriahkan Piala Dunia U-17
- Undip Wisuda 411 Mahasiswa Bidikmisi, Bukti Pendidikan Bukan Hanya untuk Orang Kaya
- Meriahkan HUT ke-78 Republik Indonesia, KAI Banjir Promo Tiket Menarik
Perlu Miliki Sekolah Pelayaran
Mangku Pastika menilai Bali perlu memiliki sekolah pelayaran sehingga generasi muda setempat tidak hanya menjadi "kuli" ketika bekerja di atas kapal.
"Jangan hanya bekerja di kapal sebagai kuli menjadi room service, tukang masak, dan sebagainya. Itu sih oke, tetapi yang kita mau yang betul-betul menguasai teknik pelayaran," kata Pastika dikutip dari Antara.
"Sebagai poros maritim, DNA orang Bali sebagai pelaut itu sebenarnya ada, tinggal bagaimana kita mengembangkannya," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Menurut Pastika, dengan menjadi awak yang menentukan jalannya kapal atau menguasai teknik pelayaran itu, seperti menjadi mualim 1, mualim 2 maka gaji yang didapat pun lebih besar karena tidak banyak orang memiliki keahlian itu.
"Sekolah pelayaran kita tidak punya di Bali. Kalau bisa yang bikin itu pemerintah, namun sebelumnya harus dilakukan survei pasar dulu," ujarnya.
- Perusahaan Perlu Tingkatkan Kapasitas Governansi untuk Adopsi ESG
- Bank BRI Ingatkan Nasabah Segera Validasi NIK Jadi NPWP, Supaya Tidak Terkena Tarif PPh
- 3 Langkah Baru Pemerintah untuk Sebarkan 'Virus' ESG
Terkait dengan lokasi untuk dibangun sekolah pelayaran dan jenjang pendidikan yang cocok berupa SMK ataupun akademi, lanjut Pastika, tentunya memerlukan diskusi lebih lanjut dengan para ahlinya.
Pastika mengatakan saat menjabat Gubernur Bali, usulan untuk dibangun sekolah pelayaran di Bali sudah sempat disampaikan kepada Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan saat itu dan sudah disetujui. Rencananya mau dibuat di kawasan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Selain itu, kata Pastika, potensi kemaritiman yang begitu besar di Bali sejauh ini belum dikelola maksimal. Bahkan pengelolanya bukan warga lokal.
"Seperti perusahaan rumput laut di Patas Buleleng itu investornya dari India. Rumput laut segar dikirim ke India. Bahkan melihat besarnya potensi Bali, pabrik yang di India akan dipusatkan di Bali. Selanjutnya juga ada potensi nener di Buleleng dengan produksinya mencapai 27 juta ekor/hari," katanya.