<p>Pengunjung melintas di depan salah satu tenant pusat perbelanjaan yang menggelar diskon belanja Natal dan Tahun Baru di Mal Senayan City, Jakarta, Jum&#8217;at, 25 Desember 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Berkah Bulan Puasa (Serial 2:) Pengusaha Ritel Tak Putus Asa

  • Hadirnya Lebaran dan Ramadan tahun ini memberikan industri ritel secercah harapan. Sudah tidak adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang kini menjadi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan mulai terisi kembalinya mal-mal di Indonesia menambah optimisme tersebut.

Industri
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Hadirnya Lebaran dan Ramadan tahun ini memberikan industri ritel secercah harapan. Tidak adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang kini menjadi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan mulai terisi kembalinya mal-mal di Indonesia menambah optimisme tersebut.

Dengan adanya PPKM, waktu buka toko dan pusat perbelanjaan diperpanjang hingga pukul 21.00 WIB. Selain itu, masyarakat kini juga mulai yakin untuk beraktivitas di pusat-pusat perbelanjaan.

“Adanya persiapan lebih matang di mal dan department store tahun ini membuat kami optimistis. Terutama jika dibandingkan dengan tahun lalu yang tidak ada persiapan sama sekali,” ujar Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santosa saat berbincang dengan reporter TrenAsia.com, Senin, 5 April 2021.

Handaka mengatakan sudah terbiasanya mal-mal dalam melaksanakan protokol kesehatan seperti memakai masker, menggunakan hand sanitizer, serta pembatasan jumlah orang di satu toko menjadi modal penting menghadapi Ramadan dan Lebaran tahun ini.

Dirinya juga menyebut para pengusaha ritel optimistis Ramadan dan Lebaran kali ini pasti akan lebih baik dari tahun lalu. Ini mengingat mal-mal ditutup akibat PSBB semasa Ramadan dan Lebaran tahun lalu yang menyebabkan penjualan ritel babak belur.

Menurutnya, optimisme juga terlihat dari masyarakat dan terbukti dari trafik mal yang mulai kembali meningkat dari Januari hingga Maret 2021 meski masih di bawah 50%-60%.

Meski ada pelarangan mudik, pelaku usaha ritel percaya kegiatan di masing-masing daerah dan kota tetap akan meningkat. Ini tentu dapat jadi pendorong peningkatan penjualan sektor ritel.

Naik Meski Tipis
Suasana hari pertama dibuka kembali Senayan City Mall, Jakarta, Senin 15 Juni 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah bahkan optimistis penjualan ritel bisa tumbuh 10% dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) pada April sekaligus Ramadan tahun ini. Saat puncak Lebaran atau Mei, angka ini bahkan diprediksi bisa tumbuh dua kali lipat.

Di sisi lain, pengamat bidang properti dari Savills, Anton Sitorus, memprediksi pertumbuhan ritel di Lebaran paling tinggi mencapai 5%. Meski begitu, Anton menganggap ini sudah lebih dari cukup mengingat kondisi industri yang sedang tertekan.

“Tidak akan berubah begitu signifikan. Pengusaha masih berhitung, mengingat belum ada yang tahu pasti kapan pandemi selesai. Yang penting pertumbuhan mengarah lebih baik,” tambah Anton.

Anton yakin kontribusi pertumbuhan ini akan didominasi oleh ritel sektor menengah dan menengah bawah. Alasannya, sebaran demografi penduduk Indonesia saat ini yang masih didominasi oleh sektor tersebut.

Selain itu, konsumen kelas menengah ke atas pun bisa juga menyasar ritel sektor tersebut. Menurut Anton, alasannya karena konsumen di kelas ini masih menjaga pengeluaran untuk konsumsi mereka.

“Kalangan menengah atas ‘kan lebih fleksibel. Mereka bisa belanja barang kelas di bawahnya. Misal, biasanya mereka beli Adidas atau Nike, sekarang belinya Skechers atau sepatu H&M,” kata dia.

Ritel besar paling terdampak
Pengunjung memilih pakaian yang dijual murah di gerai pusat perbelanjaan kawasan Blok M, Kamis, 25 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Ketum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan ritel besar menjadi yang paling terdampak pada tahun kemarin. Alasannya, luas lokasi yang besar membuat harga sewa menjadi mahal. Dengan trafik yang kecil sekaligus sewa dan beban pembiayaan tetap harus berjalan, perusahaan-perusahaan ritel besar ini pun harus menutup beberapa gerainya.

Dari tahun lalu hingga Maret 2021, hypermarket Giant milik PT Hero Supermarket Tbk (HERO) sudah menutup tiga gerainya. Ketiga gerai tersebut yaitu Giant Ekstra Pamulang, Giant Kalibata City, dan Giant Margocity Depok.

Budihardjo juga mengatakan bahwa dampak pandemi justru lebih parah untuk ritel besar yang bergerak di bidang fesyen. Terbukti, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) harus menutup 25 gerainya sepanjang tahun 2020.

Centro Department Store juga tercatat menutup dua gerainya di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta, dan Bintaro Xchange, Tangerang Selatan, awal tahun ini.

Masa Ramadan dan Lebaran yang biasanya jadi puncak penjualan ritel tahunan justru menjadi titik terburuk. Adanya kebijakan penutupan mal akibat PSBB menjadi biang kerok. Buruknya penjualan ini dapat dilihat dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Mei 2020 yang anjlok 20,6% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Rinciannya, sub kelompok sandang mengalami kontraksi hingga minus 74% yoy. Kelompok barang budaya dan rekreasi berada mengalami kontraksi hingga minus 53,7% yoy. Lalu, sub kelompok suku cadang dan aksesoris minus 46,9% dan bahan bakar kendaraan bermotor sebesar minus 45,4%.

Sektor ritel memang menjadi salah satu industri yang terpuruk selama pandemi. Data konsultan properti Jones Lang LaSelle (JLL) menunjukkan permintaan properti ritel Jakarta di tahun lalu menyentuh angka minus untuk pertama kalinya sejak 2008.

“Hasil perhitungan akhir untuk tahun 2020 berada di angka minus 34.000 square meter (meter persegi),” ujar Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim, beberapa waktu lalu. Ini berarti penyewa yang keluar lebih banyak daripada penyewa yang masuk di tahun lalu.

Ini pun membuat tingkat hunian oleh penyewa pusat perbelanjaan menurun menjadi 87% pada 2020. Padahal, pada tahun sebelumnya tingkat hunian dapat mencapai lebih dari 90%. (SKO)

Artikel ini merupakan serial laporan khusus yang akan bersambung terbit berikutnya berjudul “Berkah Bulan Puasa.”

  1. Berkah Bulan Puasa (Serial 1): Harga Pangan Terungkit Tanda Ekonomi Bangkit