<p>Umat muslim mengisi waktu puasa dengan mengaji dan bertadarus di Masjid Istiqlal. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Berkah Bulan Puasa (Serial 4): Biar Ekonomi Tak Stagnan, Ramadan dan Lebaran Jadi Harapan

  • Artikel ini merupakan serial laporan khusus bersambung terakhir berjudul “Berkah Bulan Puasa.”

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkap kuartal II tahun ini menjadi titik balik dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melesat di angka 7% hingga 8% pada kuartal II-2021.

Ekonomi Indonesia yang mulai terungkit pada kuartal II-2021 tidak lepas dari adanya momentum bulan Ramadan dan Lebaran. Menurut ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy, hal ini ditopang dengan konsumsi rumah tangga yang diprediksi bisa melesat pada Ramadan ini.

Tantangannya, pemerintah harus bisa menjaga inflasi agar tetap stabil dalam tiga bulan ke depan. Seperti diketahui, inflasi pada Maret 2021 tercatat sebesar 1,37% secara tahunan (year-on-year/yoy). Inflasi ini, kata Yusuf, bisa merangkak menjadi 1,7% yoy.

Terkait hal ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan akan terus menjaga tingkat inflasi tahun ini. Dia menyebut inflasi di Indonesia sepanjang 2021 bisa berada pada angka 2% hingga 4%.

“Pendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah inflasi yang terkendali pada target 2-4 persen. lalu neraca pembayaran Indonesia yang stabil,” ujarnya dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional – Temu Stakeholders, Jumat, 9 April 2021.

Meski daya beli berangsur naik, namun pendapatan masyarakat belum pulih seutuhnya. Menurut survei Indikator Politik Indonesia, sebanyak 72,6% masyarakat Indonesia masih mengalami penurunan pendapatan pada Februari 2021.  Hanya ada 23,4% masyarakat yang pendapatannya tidak terganggu pandemi COVID-19.

Pengusaha Optimistis
Warga membeli makanan untuk berbuka puasa di Pasar Takjil Benhil, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengungkap pelaku usaha melihat adanya potensi kenaikan omzet pada tahun ini.

Berdasarkan survei yang dilakukan Apindo dengan melibatkan 600 perusahaan anggotanya, mayoritas pelaku usaha mengestimasikan adanya pemulihan omzet sebesar 25% hingga 50%.

Lewat hasil survei, mayoritas pelaku usaha yakin biaya perusahaan tidak akan membengkak tahun ini. Sebanyak 28,1% responden menyatakan biaya perusahaannya akan tetap, sementara 27,4% responden menyatakan biaya perusahaan akan naik tipis hingga maksimal 25%.

“Bisa kami simpulkan, sebagian besar masih tertekan masalah biaya karena omzet belum pulih seutuhnya,” kata Hariyadi dalam diskusi virtual, Kamis 8 April 2021

Jika dilihat dari jenis usaha, industri makanan dan minuman (mamin) diprediksi Apindo akan melejit mulai kuartal II tahun ini.  Menurut Hariyadi, industri bisa tumbuh hingga 7% tahun ini.

Hal ini dibuktikan dengan peningkatan belanja masyarakat untuk makanan dan minuman sejak adanya pandemi COVID-19.  Laporan bertajuk Future Consumer Index, sebanyak 50% masyarakat dunia menambah belanja untuk bahan makanan dan minuman. Di sisi lain, anggaran belanja untuk barang mewah dan hiburan menyusut sebesar 54%.

Diskon PPnBM
Suasana deretan mobil di gerai bursa mobil bekas Mal Blok M, Jakarta, Kamis, 25 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Kendati laporan tersebut menyebut masyarakat cenderung mengurangi belanja barang mewah dan hiburan, pemerintah Indonesia justru mengandalkan belanja tersebut untuk genjot konsumsi rumah tangga.

Stimulus telah diluncurkan pemerintah lewat diskon Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM) 0% untuk kendaraan bermotor pada Maret 2021. Sebulan diberlakukan, pemerintah mengklaim penjualan mobil melesat 143%.

Bagai efek domino, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkap stimulus ini berpengaruh besar dalam mengerek Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia pada Maret 2021 yang sebesar 53,2. Angka itu meningkat 2,3 poin dibandingkan Februari 2021 dan menandakan industri di Indonesia tengah dalam kondisi ekspansi.

“Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I walaupun tidak bisa positif saya yakin tidak akan terlalu jauh dari posisi netral. mudah-mudahan bisa positif, walaupun negatif juga tidak akan jauh dari posisi netral,” kata Agus dalam konferensi pers, Jumat 9 April 2021.

Agus pun optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II bisa optimal karena stimulus ini masih berlanjut hingga akhir 2021. Penjualan itu bisa lebih melesat akibat adanya Tunjangan Hari Raya (THR) pada Lebaran tahun ini.

Target pemerintah, ada duit Rp250 triliun uang yang diharapkan beredar di masyarakat jelang Lebaran tahun ini.

“Pembayaran THR bisa mengerek pertumbuhan ekonomi. Uang triliunan itu bisa beredar di pasar agar konsumsi meningkat,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Sidang Kabinet Paripurna yang dilansir dari YouTube Sekretariat Presiden, Jumat 9 April 2021.

Pangkas Pengangguran
Presiden Joko Widodo melepas ekspor perdana kendaraan niaga Isuzu Traga yang diproduksi oleh PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) 12 Desember 2019. / Foto: BPMI Setpres

Selain THR, konsumsi masyarakat ini didukung pula oleh dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sektor perlindungan sosial. Pemerintah menggelontorkan Rp157,41 triliun pada pos perlindungan sosial ini.

Bila program jaminan perlindungan sosial dicabut, Bank Dunia memprediksi tingkat kemiskinan Indonesia bakal menjadi 11,8%. Sementara tingkat kemiskinan Indonesia hingga September 2020 tercatat sebesar 10,2%

Adapun PEN pada 2021, menurut Ketua Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Nathan Kacaribu, akan berfokus pemangkasan pengangguran. Untuk diketahui, angka pengangguran Indonesia tumbuh 1,8% menjadi 7,07% pada 2020.

Untuk menekan jumlah tersebut, pemerintah memilih untuk mengguyur stimulus pada program padat karya di tahun ini. Pemerintah mengalokasikan Rp122,44 triliun pada program prioritas ini. Angka itu melonjak 87% dibandingkan dengan anggaran pada 2019 yang sebesar Rp65,22 triliun.

“Pemerintah fokus pada kecepatan pemulihan dengan banyaknya stimulus di proyek padat karya sehingga bisa menambah lapangan kerja tahun ini. Inilah pembeda antara PEN 2020 dan 2021,” kata Febrio dalam diskusi virtual, Kamis 8 April 2021.

Langkah ini menuai sambutan positif dari ekonom Raden Pardede. Menurutnya, kebijakan menambah lapangan pekerjaan merupakan cara yang tepat agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melebihi rentang 5% hingga 6% setelah pandemi COVID-19.

Menurut Raden, Indonesia mau tidak mau harus melewati rentang itu agar tidak terjebak dalam middle income trap. Untuk diketahui, middle income trap. adalah fenomena pendapatan negara di level menengah yang tidak kunjung mengalami kenaikan atau stagnan.

“Pertumbuhan ekonomi harus mulai diakselerasi sejak periode pemulihan ekonomi di tahun ini supaya bisa sampai 8 persen pasca pandemi. Kalau tidak begitu, kita akan terjebak dalam middle income trap,” kata Raden, Selasa 6 April 2021.

Menurut Raden, pertumbuhan ekonomi ini bisa dicapai bila pendapatan masyarakatnya ikut tumbuh. Pasalnya, sebanyak 57,7% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga. (SKO)

Artikel ini merupakan serial laporan khusus bersambung terakhir berjudul “Berkah Bulan Puasa.”

  1. Berkah Bulan Puasa (Serial 1): Harga Pangan Terungkit Tanda Ekonomi Bangkit
  2. Berkah Bulan Puasa (Serial 2:) Pengusaha Ritel Tak Putus Asa
  3. Berkah Bulan Puasa (Serial 3): Cuan Ramadan di Pasar Saham