Berkah Corona, Penjualan Kalbe Farma Tembus Rp11,6 Triliun
Melihat kondisi pandemi COVID-19 yang mungkin akan berkepanjangan, perseroan merevisi target pertumbuhan penjualan bersih tahun 2020 sebesar 4%-6% dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih sekitar 8%-10%.
Industri
JAKARTA – Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp11,6 triliun pada semester pertama tahun ini. Nilai tersebut meningkat sebesar 3,8% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019 sebesar Rp11,18 triliun.
Direktur Keuangan Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata mengaku dapat mengatasi terpaan COVID-19 pada perekonomian nasional. Memang, industri kesehatan, khususnya dalam negeri tampaknya justru mendapatkan berkah tersendiri akibat adanya pandemi.
“Walaupun dampak COVID-19 terhadap ekonomi makro Indonesia di kuartal kedua tahun 2020 cukup menantang, perseroan dapat mempertahankan pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang positif dan stabil,” ujarnya di Jakarta, 27 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Peningkatan penjualan Kalbe Farma pada paruh pertama tahun ini didukung oleh divisi distribusi dan logistik. Segmen ini meraih peningkatan penjualan bersih sebesar 10,1% dari Rp3,4 triliun menjadi Rp3,75 triliun. Capaian ini sekaligus menyumbang 32,4% terhadap total penjualan bersih perseroan.
Sementara itu, bagian produk kesehatan meraih peningkatan penjualan sebesar 6,6% menjadi Rp2,1 triliun dengan kontribusi sebesar 17,9% terhadap total penjualan bersih KLBF. Sementara, penjualan bersih segmen nutrisi tercatat sebesar Rp3,2 triliun atau hanya tumbuh 2,2% dari pencapaian di tahun sebelumnya. Meskipun begitu, divisi nutrisi turut menyumbang 27,7% dari total penjualan bersih perseroan.
Di sisi lain, divisi obat resep KLBF malah membukukan penurunan penjualan sebesar 4.2% menjadi Rp2,56 triliun. Segmen ini ikut serta menyumbang 22,1% dari total penjualan bersih perseroan di semester awal tahun ini.
Kenaikan tren penjualan KLBF diikuti oleh laba kotor yang tumbuh 1,5% menjadi Rp5,25 triliun. Rasio laba kotor terhadap penjualan juga mengalami penurunan sebesar 1% dari periode yang sama pada tahun 2019. Laba sebelum pajak penghasilan perseroan juga bertumbuh sebesar 7,2% atau sebesar Rp1,8 triliun. Margin laba sebelum pajak pun ikut terkerek tipis dari 15,1% menjadi 15,6%.
Stategi Perseroan
Manajemen mengaku akan terus menggabungkan strategi pengelolaan portofolio produk dan mengelola efektivitas kegiatan penjualan dan pemasaran.
Selain itu, perusahaan internasional sektor farmasi ini berencana melakukan transformasi pemanfaatan teknologi digital serta memonitor biaya-biaya operasional lainnya.
Melihat kondisi pandemi COVID-19 yang mungkin akan berkepanjangan, perseroan merevisi target pertumbuhan penjualan bersih tahun 2020 sebesar 4%-6% dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih sekitar 8%-10%.
Kalbe Farma juga mempertahankan anggaran belanja modal sebesar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi. Lalu, rasio pembagian dividen dipertahankan pada rasio 45% – 55%, dengan memperhatikan ketersediaan dana dan kebutuhan pendanaan internal. (SKO)