Berkapasitas 50.000 Ton, Pabrik Nikel Milik China di Indonesia Mulai Beroperasi
- Dilaporkan pada 2018 lalu nilai investasi yang dikucurkan mencapai US$7,5 miliar atau setara dengan Rp112,50 triliun (Kurs Rp15.000) dengan proyeksi tenaga kerja sebanyak 18.000 orang.
Industri
MOROWALI - Perusahaan swasta asal China, Tsingshan Group dilaporkan telah memulai produksi komersial nikel rafinasi di Indonesia. Pabrik yang berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah ini dilaporkan sudah memulai produksinya pada minggu lalu, seperti dilaporkan oleh CNA.
Pabrik ini diproyeksikan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 50.000 metrik ton. Perusahaan asal China tersebut sebelumnya dilaporkan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berinvestasi ke Kawasan Industri di Morowali pada 2018 lalu. Investasi itu dilakukan melalui perusahaan patungan bernama Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) yang terdiri dari tiga investor asal China, yaitu Tsingshan, Huayou, dan Zhenshi.
Dilaporkan pada 2018 lalu nilai investasi yang dikucurkan mencapai US$7,5 miliar atau setara dengan Rp112,50 triliun (Kurs Rp15.000) dengan proyeksi tenaga kerja sebanyak 18.000 orang.
- Bagaimana Sebenarnya Pil KB Bekerja Cegah Kehamilam
- 3 Misi Besar Presiden Jokowi Dalam Lawatan ke Kenya
- Kisah Sukses Hijup, dari Ruangan Tiga Kali Tiga Meter Hingga Sukses Ekspor ke Puluhan Negara
Saat ini, pabrik di Morowali tersebut sedang memproduksi pelat nikel namun belum jelas berapa kapasitas produksi yang dilakukan saat ini. Perusahaan juga belum memberikan komentar mengenai kapan proyeksi produksi 50.000 metrik ton akan terlaksana.
Tsingshan dilaporkan berencana untuk mengajukan permohonan agar nikel yang dihasilkan di pabrik ini dapat didaftarkan sebagai merek yang dapat diperdagangkan di London Metal Exchange (LME) yang membutuhkan stabilitas produksi minimal tiga bulan.
Huayou Cobalt Co di China telah mendapatkan izin untuk mengajukan pendaftaran produk nikel yang dihasilkan dari pabrik mereka yang memiliki kapasitas produksi sebesar 36.600 ton di provinsi Zhejiang agar dapat diperdagangkan di LME.
Di samping itu, Jingmen Gem Co, yang merupakan anak perusahaan dari GEM Co Ltd, juga telah mendaftarkan produk nikel yang berasal dari pabrik mereka yang memiliki kapasitas produksi sebesar 10.000 ton di provinsi Hubei.
Diperkirakan bahwa sejumlah produsen asal China kemungkinan akan mengajukan permohonan pendaftaran merek produk nikel mereka di LME, terutama setelah LME mengurangi waktu tunggu pendaftaran sebagai upaya menggenjot kembali volume perdagangan nikel setelah terjadinya krisis pada tahun 2022.