Berkat Harga CPO, Neraca Perdagangan Oktober 2021 Surplus Rp81,37 Triliun
- Indonesia berhasil mencetak rekor surplus neraca perdagangan selama 18 bulan beruntun.
Nasional
JAKARTA - Indonesia berhasil mencetak rekor surplus neraca perdagangan selama 18 bulan beruntun. Pada Oktober 2021, surplus perdagangan Indonesia mencapai US$5,73 miliar setara Rp81,37 triliun (asumsi kurs Rp14.200 per dolar Amerika Serikat/AS).
Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono mengatakan surplus terjadi karena nilai ekspor Indonesia pada Oktober mencapai US$22,03 miliar sedangkan impor mencapai US$16,29 miliar.
Margo mengatakan rekor surplus neraca perdagangan melanjutkan tren positif yang tercatat sejak tengah tahun lalu.
"Neraca perdagangan kita di bulan Oktober ini tercatat surplus sebesar US$5,73 miliar," ujarnya dalam keterangan pers, Senin, 15 November 2021.
- Kuartal III-2021, Pendapatan Cashlez Naik 47 Persen Jadi Rp111 Miliar
- Penjualan Ponsel di Indonesia Masih Tinggi
- Terkait Gugatan GoTo, Pakar Hukum UI: Jenis Mereknya Berbeda dan Modusnya Uang
Surplus neraca perdagangan Oktober 2021 juga meningkat 31,12% dari bulan sebelumnya yang mencapai US$4,37 miliar setara Rp61,58 triliun. Hal ini dipicu oleh kenaikan impor migas pada Oktober 2021. BPS mencatat kenaikan impor migas sebesar 9,91% secara month to month dan 52,75% secara year on year.
Kenaikan harga komoditas di pasar global juga menyumbang pencapaian neraca perdagangan selama 1,5 tahun. Salah satunya yakni minyak kelapa sawit (crude palm oil).
"Ini kalau kita lihat secara tren, Indonesia telah membukukan surplus selama 18 bulan beruntun. Komoditas penyumbang terbesar dari bahan bakar mineral, minyak dan lemak nabati dan hewan, serta besi dan baja," kata Margo.
Dia menyebut, negara penyumbang surplus terbesar adalah AS (SU$1,7 miliar), China (US$1,3 miliar) dan Filipina (US$685,7 juta).
Sebaliknya, negara yang mengalami defisit terbesar yaitu ke Australia (US$595 juta), Thailand (US$295,6 juta) dan Ukraina (US$216,4 juta).
Margo menerangkan, selama Januari-Oktober surplus neraca perdagangan mencapai US$30,81 miliar. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar sejak 2016.
"Mudah-mudahan kinerja ekspor kita dipertahankan dan neraca perdagangan terus tumbuh dan akan berdampak kepada pemulihan ekonomi di masa yang akan datang," pungkas Margo.