Ilustrasi PHK.
Dunia

Berkedok Penghematan, Ini Alasan Sebenarnya PHK Massal Perusahaan Teknologi

  • Menurut ekonom Goldman Sach, Jan Hatzius, perusahaan teknologi yang melakukan PHK berupaya untuk mengubah struktur bisnis mereka

Dunia

Rizky C. Septania

NEW YORK- Sejumlah perusahaan teknologi melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) masal dalam belakangan waktu terakhir. Alasannya PHK tersebut adalah upaya perusahaan bertahan dari pukulan ekonomi yang berlangsung belakangan ini.

Namun, Goldman Sach baru-baru ini mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi di balik aksi PHK yang dilakukan sejumlah perusahan teknologi. Menurut ekonom Goldman Sach, Jan Hatzius, perusahaan teknologi yang melakukan PHK berupaya untuk mengubah struktur bisnis mereka.

Mengutip Yahoo Finance Senin, 20 Februari 2023, Hatzius mengatakan bahwa perusahaan yang memberhentikan karyawan memiliki setidaknya tiga persamaan. Pertama, jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut, dan kedua, adanya rekrutmen masif yang terjadi selama pandemi berlangsung.

“Rata-rata, jumlah karyawan mereka tumbuh 41 persen saat pandemi karena mereka menanggapi secara berlebihan tren terkait pandemi seperti peningkatan permintaan barang atau waktu yang dihabiskan di internet,” tulis Hatzius seperti dikutip TrenAsia.com.

Adapun alasan ketiga dilakukannya pengurangan karyawan adalah terjadinya penurunan kinerja saham bagi sejumlah perusahaan teknologi sebagai imbas dari permintaan investor yang mendorong adanya pemotongan biaya operasional perusahaan.

"Karakteristik ini menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan PHK tidak mewakili ekonomi yang lebih luas dan bahwa banyak pengumuman PHK baru-baru ini tidak serta merta menandakan gambaran permintaan yang lebih lemah," kata Hatzius.

Sekadar informasi dan gambaran, Pada awal Februari, Perusahaan pembuat perangkat keras Dell mengumumkan akan memangkas sekitar lima persen tenaga kerjanya atau 6.000 pekerja di tengah penurunan penjualan komputer pribadi.

Hal serupa juga dilakukan oleh PayPal (PYPL) juga mengumumkan akan memecat tujuh persen tenaga kerjanya atau sekitar 2.000 orang karena fokus pada upaya pemotongan biaya setelah merasakan tekanan dari investor Elliott Management.

Raksasa teknologi Microsoft juga berencana memberhentikan 10.000 pekerjaan. Sementara itu, Amazon akan memangkas 18.000 pekerja.