csto 2.jpg
Dunia

Berniat Saingi NATO, CSTO Makin Terlihat Tidak Berdaya

  • Seiring kebangkitannya, Rusia mencoba merintis sebuah pakta pertahanan baru yang dikenal sebagai Pakta Pertahanan Keamanan Kolektif atau Collective Security Treaty Organization (CSTO)

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Armenia akhirnya tidak berdaya dan melepaskan Nagorno Karabakh ke Azerbaijan. Hampir pasti ini akan menjadikan Yerevan semakin kecewa dengan Rusia. Juga pada Collective Security Treaty Organization (CSTO).

Ketika era Perang Dingin, Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO mendapat saingan ketat dengan apa yang disebut Pakta Warsawa. Sebuah pakta pertahanan yang merupakan gabungan sejumlah negara dan dipimpin oleh Uni Soviet.

Ketika kemudian Perang Dingin berakhir, Pakta Warsawa bubar. Ini  meninggalkan NATO sebagai aliansi pertahanan yang nyaris tidak ada tandingannya.  Bahkan sejumlah negara eks Pakta Warsawa kemudian bergabung menjadi anggota NATO.

Seiring kebangkitannya, Rusia mencoba merintis sebuah pakta pertahanan baru yang dikenal sebagai Pakta Pertahanan Keamanan Kolektif atau Collective Security Treaty Organization (CSTO). Sebuah untuk membuat terobosan ke negara-negara terdekat yang dulu milik Uni Soviet.

Meskipun Rusia telah melakukan upaya terbaik, CSTO belum menjadi alat yang ampuh seperti yang diharapkan Moskow.  Perpecahan yang terus-menerus terjadi antara negara-negara anggota terus membatasi efektivitas blok militer.  Di sisi lain  Kremlin sendiri  ragu-ragu untuk menarik blok tersebut dalam konflik di luar negeri

CSTO dimulai pada tahun 1992 sebagai sebuah Perjanjian Keamanan Kolektif. Kesepakatan diikuti oleh negara-negara yang baru merdeka dari bekas Uni Soviet itu yang  membentuk Commonwealth of Independent States.

Perjanjian itu dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi kerja sama keamanan antara penanda tangannya.  Sebuah serangan terhadap salah satu anggota akan dianggap sebagai serangan terhadap semua. Persis dengan Pasal 5 NATO.

Dalam dua tahun pertama blok tumbuh  mencakup Rusia, Belarus, Georgia, Armenia, Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, Kirgistan dan Tajikistan. Tetapi pada tahun 1999 tiga anggota yakni Uzbekistan, Georgia dan Azerbaijan   menarik diri dari blok itu. Ketiganya juga mulai menjauh dari Rusia.

Meski begitu, Moskow telah  memikirkan blok untuk dijadikan  kendaraan guna mendapatkan pengaruh di antara tetangganya. Terutama  karena bobot Rusia di internasional mulai melonjak pada pertengahan 2000-an.

Berharap untuk membangun citra sebagai kekuatan besar, Rusia mulai memamerkan CSTO ke seluruh dunia sebagai penyeimbang NATO. Latihan militer antara anggota blok  tumbuh lebih besar dan lebih sering. Dan  penciptaan Angkatan Kolektif Reaksi Cepat CSTO dilakukan  pada tahun 2009. Ini  mendorong kredibilitas dan prestise organisasi di panggung global.

Serangkaian Masalah

Tetapi serangkaian masalah segera menunjukkan  keterbatasan CSTO sebagai entitas militer aktif dan responsif. Ketika gelombang kekerasan etnis antara Uzbek dan Kyrgyz pecah di Kyrgyzstan selatan pada 2010, Bishkek meminta anggota blok sesama untuk campur tangan atas namanya.

Sekjen CSTO saat itu Nikolai Bordyuzha  menolak untuk mengambil tindakan. Sekretaris jenderal, yang pada dasarnya bertindak sebagai saluran untuk Kremlin menjelaskan keputusannya dengan mengatakan,  konflik tersebut adalah urusan dalam negeri.

Dia membuat argumen yang sama dua tahun kemudian ketika ia menolak permintaan Presiden Belarusia Aleksandr Lukashenko. Saat itu Lukashenko minta  agar blok itu memadamkan bentrokan antara pemberontak dan pasukan militer di wilayah Tajik timur Gorno-Badakhshan.

Keengganan CSTO untuk campur tangan di Kyrgyzstan dan Tajikistan mengangkat pertanyaan tentang misi dan kemampuan sebenarnya dari  blok militer.

Blok tersebut berada di bawah tekanan yang lebih besar ketika ketegangan  Rusia dengan Barat semakin intensif  setelah konflik Ukraina mulai pecah pada tahun 2014. Moskow juga dituduh terlibat  dalam konflik Ukraina timur.

Sementara itu, negara-negara Eurasia  mulai mengevaluasi kembali hubungan mereka sendiri dengan Barat. Terutama ketika Kiev melakukan reorientasi kebijakan luar negeri yang jauh dari Rusia. Meskipun Moskow terus memimpin latihan militer bersama dan sesi pelatihan dengan rekan-rekan CSTO, blok tersebut tetap retak.

Nasib Rusia mulai berubah pada 2016 ketika Barat  terperosok dalam krisis ekonomi  dan pergolakan politik.  Beberapa di antaranya adalah Brexit,  pemilihan presiden kontroversial Amerika Serikat, dan gangguan di barat lainnya. Ini memberikan Rusia kesempatan untuk mendapatkan kembali beberapa pengaruh yang  hilang di bekas lingkup Soviet. Saat itu Moskow telah menandatangani kesepakatan kerja sama militer baru dengan Belarusia, Armenia, Kazakhstan dan Tajikistan.Namun demikian, kemajuan ini belum diterjemahkan ke dalam kemajuan blok secara keseluruhan.  

Memuncak di Armenia

Konflik antara Armenia dan Azerbaijan menguak ketidakkompakan aliansi tersebut. Moskow mendukung  Armenia, tetapi Kazakhstan dan Belarusia mempertahankan ikatan yang kuat ke Azerbaijan. Dan semua memuncak ketika Armenia meminta CSTO untuk membantu melawan Azerbaijan. Tetapi permintaan tidak ditanggapi.  Terutama oleh Rusia yang sedang sibuk perang di Ukraina

Ini menjadikan Armenia frustasi. Yerevan dengan berani menunjukkan sikap menjauh dari rusia dan mendekat ke barat. HIngga  akhirnya dalam sebuah operasi militer kurang dari 24 jam Nagorno Karabakh  dibebaskan Azerbaijan.

Konflik 30 tahun dan berdarah-darah itu seperti berakhir begitu saja  dalam waktu satu hari. Salah satunya karena rusia dan csto yang diharapkan membantu Armenia ternyata tidak berbuat banyak.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dalam pidato Minggu 24 September 2023 mengatakan,  struktur keamanan di mana Aarmenia menjadi anggota csto tidak efektif. “Motif dan aktivitas pasukan penjaga perdamaian Rusia selama operasi Azerbaijani menimbulkan pertanyaan,” katanya.

Dia menegaskan Armenia tidak pernah mengkhianati sekutunya. Namun hasil dari apa yang terjadi menunjukkan bahwa sekutu yang diharapkan yerevan ternyata menunjukkan kerentanan.

Pada akhirnya harus diakui CSTO akan sulit untuk  menjadi aliansi militer setara dengan NATO. Dan dengan  perang Ukraina yang telah berlangsung 19 bulan ini, masa depan depan aliansi ini tampaknya semakin kabur. (Dari berbagai sumber)