Berpotensi Hasilkan Rp193 Triliun, Indonesia Perlu Serius Garap Industri Rumput Laut
- Potensi pasar baru untuk produk hilir rumput laut diprediksi akan mencapai US$11,8 miliar atau sekitar Rp.193,8 triliun (kurs Rp16.430) pada tahun 2030, memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri ini.
Nasional
JAKARTA - Indonesia menjdi negara penghasil budidaya rumput laut terbesar kedua di dunia. Sayangnya potensi ini belum tergarap dengan baik.
Saat ini ekspor produk hilir rumput laut indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan ekspor rumput laut kering. Selama satu dekade terakhir, ekspor rumput laut kering dari Indonesia terus mendominasi pasar, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industri.
Data Kemenperin menunjukkan bahwa rumput laut kering mencakup 66,61% dari total ekspor. Sebaliknya, produk olahan rumput laut seperti karagenan dan agar-agar hanya menyumbang 33,39% dari ekspor.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumput laut yang diproduksi masih diekspor dalam bentuk mentah, sementara produk olahan dengan nilai tambah yang lebih tinggi belum mencapai porsi yang signifikan dalam perdagangan internasional.
" Kita berkomitmen untuk meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui berbagai kebijakan,” terang Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, di Jakarta.
- 6 Tokoh Investor Dunia yang Sukses Berkat Short Selling Saham
- Harga Emas 26 Juni 2024 Kembali Turun Rp7.000
- Penggunaan Paylater untuk Belanja Offline Melonjak 169 Persen, Ini Penyebabnya
Pada tahun 2023, Indonesia berhasil memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah. Selama ini, pemanfaatan olahan rumput laut sebagian besar difokuskan pada produk makanan dan minuman, dengan porsi sebesar 77%. Sisanya, sebesar 23%, digunakan untuk sektor farmasi, kosmetik, dan produk lainnya.
Potensi pasar baru untuk produk hilir rumput laut diprediksi akan mencapai US$11,8 miliar atau sekitar Rp.193,8 triliun (kurs Rp16.430) pada tahun 2030, memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri ini.
Menyadari potensi besar yang belum tergarap, Kemenperin mendorong industri rumput laut untuk lebih adaptif terhadap perubahan dan perkembangan pasar.
“Untuk itu, diperlukan pengembangan dan inovasi produk untuk mendorong hilirisasi rumput laut menjadi produk-produk potensial tersebut,” tambah Putu.
- 6 Tokoh Investor Dunia yang Sukses Berkat Short Selling Saham
- Harga Emas 26 Juni 2024 Kembali Turun Rp7.000
- Penggunaan Paylater untuk Belanja Offline Melonjak 169 Persen, Ini Penyebabnya
Kemenperin menargetkan pengembangan produk hilir yang lebih beragam, termasuk biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil.
Diharapkan Indonesia dapat lebih memaksimalkan potensi rumput lautnya, tidak hanya sebagai bahan baku, tetapi juga sebagai produk hilir yang memiliki nilai tambah tinggi dan mampu bersaing di pasar global.
Kuasai 70% Pangsa Pasar
Berikut adalah daftar negara-negara dengan produksi rumput laut terbesar di dunia, yang menyumbang sekitar 70% dari total produksi global. Rumput laut ini digunakan dalam berbagai industri, termasuk makanan, farmasi, kosmetik, dan tekstil,
- Cina: 20,8 juta ton
- Indonesia: 9,6 juta ton
- Filipina: 8,1 juta ton
- Korea Selatan: 6,9 juta ton
- Jepang: 4,7 juta ton
- Chili: 3,9 juta ton
- Peru: 3,5 juta ton
- Kanada: 2,4 juta ton
- Norwegia: 2,2 juta ton
- Spanyol: 1,9 juta ton