<p>Bandara Lombok/Sultrakini</p>
Nasional & Dunia

Bersiap Jadi Tuan Rumah MotoGP, AP I Kebut Pengembangan Bandara Lombok Praya

  • JAKARTA – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika terus berbenah jelang penyelenggaraan MotoGP 2021.  Bandara Lombok Praya yang bakal menjadi tempat mendarat peserta MotoGP 2021 pun dipoles kembali oleh Angkasa Pura I.  Progress proyek pengembangan Bandara Lombok Praya per Maret 2021 diungkapkan Direktur Utama Angkasa Pura Airports, Faik Fami telah mencapai 96%. Pengembangan Bandara Lombok Praya […]

Nasional & Dunia
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika terus berbenah jelang penyelenggaraan MotoGP 2021.  Bandara Lombok Praya yang bakal menjadi tempat mendarat peserta MotoGP 2021 pun dipoles kembali oleh Angkasa Pura I.  Progress proyek pengembangan Bandara Lombok Praya per Maret 2021 diungkapkan Direktur Utama Angkasa Pura Airports, Faik Fami telah mencapai 96%.

Pengembangan Bandara Lombok Praya ini meliputi perpanjangan landas pacu (runaway) dari 2.750 meter menjadi 3.300 meter. Selain itu, terminal Bandara Lombok Praya juga diperluas sehingga diperkirakan mampu menampung 7 juta penumpang per tahun dari sebelumnya hanya 3,5 juta penumpang per tahun.

“Pengembangan bandara-bandara yang kami lakukan ini juga bertujuan untuk mendukung pengembangan destinasi wisata prioritas dan agenda strategis pemerintah khususnya dalam perhelatan MotoGP 2021 di Mandalika. Selain itu kami juga berharap di masa mendatang dapat berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan pemulihan sektor pariwisata yang terdampak akibat pandemi COVID-19,” tambah Faik Fahmi.

Program pengembangan ini juga dilaksanakan di tiga Bandara lainnya, yakni Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Juanda Surabaya, dan Bandara Sam Ratulangi Manado.

Adapun progres pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin telah mencapai 62,28%. Bandara Sultan Hassanudin mengalami perluasan terminal yang mencapai 166.815 meter persegi sehingga daya tampung bertambah menjadi 15 juta penumpang per tahun dari sebelumnya hanya berkapasitas 7 juta penumpang per tahun.

Penambahan luas apron atau tempat parkir pesawat juga dilakukan sehingga total parking standing bertambah dari 42 menjadi 53 parking stand. Proyek pengembangan Bandara Sultan Hassanudin ini diperkirakan rampung pada Mei 2021.

Sementara itu, proyek pengembangan di Bandara Sam Ratulangi Manado telah menyentuh angka 80%. Kapasita terminal bandara ini ditingkatkan hingga dua kali lipat dari 2,6 juta penumpang per tahun menjadi 5,7 juta penumpang per tahun dengan luasan total mencapai 57.296 meter persegi.

Di Surabaya, progress pengembangan Bandara Juanda telah mencapai 93%. Pengembangan Bandara Juanda Surabaya mencakup perluasan Terminal 1 beserta pembenahan interior dan fasilitas penunjangnya, overlay runway 10-28, rekonstruksi apron B Terminal 2, dan perluasan terminal kargo internasional. Perluasan Terminal 1 menjadi 91.700 meter persegi dari 62.700 meter persegi akan menambah kapasitas Terminal 1 menjadi 13 juta penumpang per tahun dari yang saat ini hanya 7 juta per tahun.

Meredam Biaya Logistik

Menurut Faik, pengembangan bandara ini juga bertujuan meredam biaya logistik di wilayah Tengah dan Timur Indonesia. Hal ini mungkin terjadi lantaran perluasan bandara dapat diikuti dengan kapasitas pengiriman logistik.  

“Pengembangan empat bandara ini bersifat strategis untuk mendorong konektivitas udara dan meningkatkan kapasitas trafik angkutan dan logistik udara khususnya di wilayah tengah dan timur Indonesia,” ujar Direktur Utama Angkasa Pura Airports, Faik Fahmi.

Indonesia memang tercatat punya biaya logistik tertinggi dibandingkan negara-negara di Asia. Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, biaya logistik mencapai 24% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih tinggi dibandingkan Vietnam, Thailand, mau pun Tiongkok yang masing-masing biaya logistiknya  mencapai 20% PDB, 15% PDB, dan 14% PDB.

Di sisi lain, meski sama-sama menyandang negara kepulauan, nyatanya Jepang mampu meredam biaya logistik. Biaya logistik di negeri matahari terbit ini tercatat sebesar 8% PDB. Oleh karena itu, Menkeu Sri Mulyani pun menargetkan Indonesia dapat memangkas biaya logistik Indonesia menjadi 17% PDB