Berturut-turut dalam 33 Bulan, Neraca Perdagangan Indonesia Surplus Rp58,8 Triliun
- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 kembali surplus sebesar US$3,87 miliar. miliar atau Rp58,8 triliun (Rp15.000 dolar AS). Surplus ini merupakan yang ke-33 kalinya terjadi selama berturut-turut atau sejak Mei 2020.
Nasional
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 kembali surplus sebesar US$3,87 miliar atau Rp58,8 triliun (asumsi kurs Rp15.000 dolar AS). Surplus ini merupakan yang ke-33 kalinya terjadi selama berturut-turut atau sejak Mei 2020.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah mengatakan, namun jika dibandingkan dengan neraca perdagangan ini turun dari US$5,89 miliar pada Desember 2022.
"Neraca perdagangan pada bulan Desember 2022 ini tercatat surplus sebesar US$3,87 miliar. Ini membukukan surplus berturut-turut untuk 33 bulan terakhir sejak Mei 2020," ujar Habibullah dalam rilis BPS pada Rabu, 15 Februari 2023.
- Cocok Untuk Anda yang Susah Tidur! Coba 5 Tips Sederhana Tidur Dalam 5 Menit
- Di Tengah Kasus Meikarta, Bank Nobu Milik Lippo Juga Terancam OJK
- 5 Pertanda Sudah Saatnya Anda Beli Ponsel Android Baru
Adapun untuk nilai ekspor turun menjadi US$22,31 miliar setara dengan Rp334,6 triliun attau 6,36% dibanding Desember 2022 US$23,83 miliar. Sedangkan nilai impor tercatat sebesar US$18,44 miliar atau Rp280,4 triliun turun 7,15% dibandingkan Desember 2022 atau naik 1,27% dibandingkan Januari 2022.
Impor migas Januari 2023 senilai US$2,91 miliar setara dengan Rp44,2 triliun, turun 9,21% dibandingkan Desember 2022 atau naik 30,36% dibandingkan Januari 2022 (year on year/ yoy). Sementara Impor nonmigas Januari 2023 senilai US$15,54 miliar setara dengan Rp236,2 miliar, turun 6,75% dibandingkan Desember 2022.
Habibullah penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar Januari 2023 dibandingkan Desember 2022 adalah pada mesin/peralatan mekanis dan bagiannya yang mencapai US$434,0 juta atau Rp6,59 triliun.
Sedangkan peningkatan terbesar adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya US$215,6 juta setara Rp3,27 tiliun atau 10,18%.