Besar Pasak Daripada Tiang, Orang Amerika Mulai Kikis Tabungan untuk Hidup
- Biro Analisis Ekonomi Amerika Serikat mengatakan belanja konsumen melonjak 0,7% pada bulan September dari bulan Agustus. Peningkatan ini melampaui pertumbuhan pendapatan yang hanya sebesar 0,3%.
Dunia
JAKARTA - Biro Analisis Ekonomi Amerika Serikat mengatakan belanja konsumen melonjak 0,7% pada bulan September dari bulan Agustus. Peningkatan ini melampaui pertumbuhan pendapatan yang hanya sebesar 0,3%.
Daya beli dan belanja yang meningkat ini mendorong tingkat tabungan turun menjadi 3,4%. Angka ini adalah yang terendah sejak bulan Desember dan bahkan setengah dari tingkat tabungan pada Februari 2020 tepat sebelum pandemi melanda yaitu sebesar 7,7%.
Terlebih lagi, pendapatan disposabel setelah pajak yang disesuaikan dengan inflasi turun 0,1%. Penurunan ini terjadi yang keempat kalinya dalam beberapa bulan, menunjukkan bahwa secara keseluruhan, konsumen berada dalam zona merah.
Dikutip TrenAsia.com dari laman Investopedia pada Senin, 30 Oktober 2023 Shannon Seery dan Tim Quinlan ekonom di Wells Fargo Securities menulis dalam keterangan resminya,
“Amelia Earhart berkata jangan pernah menyela seseorang melakukan sesuatu yang kamu katakan tidak bisa dilakukan. Kami akan berusaha menahan diri, namun pendapatan riil telah turun selama empat bulan berturut-turut,” komentarnya.
“Meningkatkan pengeluaran ketika pendapatan Anda menyusut tidaklah berkelanjutan.” lanjutnya.
- 4 Tips Memilih Asuransi Kecelakaan
- Apple Lakukan Perubahan Besar-besaran pada AirPods, Mulai dari Model Hingga Fitur
- Soal Penyelidikan Bunga Pinjaman, AFPI Hormati Proses di KPPU
Data baru ini mengkonfirmasi tren yang telah dianalisis oleh para ekonom selama bertahun-tahun. Yaitu konsumen yang secara kolektif menghemat sejumlah besar uang ketika pandemi melanda (terpaksa mereka lakukan karena banyak bisnis tutup dan pekerja yang dirumahkan) dan terus mengeluarkan uang setelahnya.
Masyarakat Amerika terus membeli mobil, tiket bioskop, dan pergi ke restoran seolah-olah tidak ada hari esok. Hal ini mempunyai implikasi serius terhadap perekonomian karena belanja konsumen telah menopang pertumbuhan ekonomi bahkan ketika inflasi yang cepat dan suku bunga yang tinggi telah menyeretnya ke bawah.
Untuk diketahui Bank Sentral Amerika, Federal Reserve telah menaikkan suku bunga federal ke level tertinggi dalam 22 tahun selama satu setengah tahun terakhir. Mereka telah menaikkan suku bunga hipotek, kredit mobil, kartu kredit, hingga kredit konsumen lainnya.
Tujuannya adalah untuk mencegah peminjaman dan pengeluaran, memulihkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan, dan mendorong inflasi turun ke target The Fed yaitu sebesar 2% per tahun.
Namun tampaknya konsumen telah mengabaikan suku bunga pinjaman konsumen yang tinggi sehingga menggagalkan upaya The Fed untuk memperlambat belanja.
Laporan hari Jumat menunjukkan inflasi terus melambat, meski sangat lambat. Harga konsumen yang diukur dengan Pengeluaran Konsumsi Pribadi naik 3,4% selama 12 bulan pada bulan September—sama dengan bulan Agustus dan Juli. Sementara itu, inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi yang fluktuatif, turun menjadi 3,7% dari 3,8% sepanjang tahun.
Hal ini menunjukkan bank sentral mungkin harus mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sehingga memperpanjang kesengsaraan bagi pembeli rumah dan peminjam lainnya yang dihadapkan dengan biaya bunga tertinggi dalam beberapa dekade, kata para ekonom.
Di sisi lain, kebijakan The Fed yang lebih agresif akan menguntungkan para penabung karena artinya mereka yang menentang tren pembelanjaan dengan segala cara dapat terus memperoleh imbal hasil yang tinggi dari sertifikat deposito dan rekening tabungan dengan imbal hasil tinggi .