20230907_135311.jpg
Finansial

BFI Finance (BFIN) Bidik Pembiayaan Rp21 Triliun Tahun 2023, Ini Strateginya

  • PT BFI Finance Tbk (BFIN) menargetkan pembiayaan Rp20-21 triliun untuk tahun ini. 

Finansial

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT BFI Finance Tbk (BFIN) menargetkan pembiayaan Rp20-21 triliun untuk tahun ini. 

Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono mengungkapkan target itu secara komposisi terdiri dari pembiayaan untuk kendaraan roda empat dengan porsi sekitar 70-75%, kendaraan roda dua 15%, dan sisanya untuk pembiayaan seri A dan properti. 

"Untuk strateginya, perseroan akan melanjutkan apa yang sudah dijalankan sejak semester I-2023 dan tahun-tahun sebelumnya,"  kata Sudjono dalam acara Media Gathering BFI Finance di Jakarta, Kamis, 7 September 2023. 

Pertama, BFI Finance akan fokus kepada valuasi pembiayaan, target konsumen, dan credit process yang tepat. Untuk segmennya, BFI Finance tetap fokus di kendaraan bekas dan alat-alat berat. 

Untuk segmen syariah, pembiayaan difokuskan kepada jasa dan produktif. Perseroan juga kini masuk ke segmen otomotif untuk pembiayaan syariah, yang mana porsinya kini sudah cukup besar. 

Pembiayaan syariah pun dikatakan Sudjono memiliki prospek yang bagus. BFI Finance memproyeksikan pertumbuhan 50% tahun ini untuk segmen tersebut. 

Di sisi lain, Sudjono mengatakan, tren pembiayaan BFI Finance pada paruh kedua tahun ini diperkirakan akan flat karena perseroan pada akhir semester I-2023 sempat terkena serangan siber. 

Serangan siber tersebut sedikit berpengaruh terhadap proyeksi pembiayaan di sisa akhir tahun sehingga perseroan akan mengerem sedikit alokasi untuk pembiayaan. 

"Tapi di kuartal IV akan normal kembali. Sementara ini, kami lagi berbenah, jadi waktu berbenah ini kami tidak berani agresif dulu," kata dia.

Sudjono mengatakan pula bahwa tren pembiayaan di industri secara keseluruhan diproyeksikan akan sedikit melambat seperti proyeksi Bank Indonesia terhadap penyaluran kredit di semester II dan tahun 2024. 

Pasalnya, pertumbuhan pembiayaan pada 2022 sangat tinggi dan menyebabkan adanya sedikit pemburukan kualitas aset sehingga kemungkinan akan terjadi penyesuaian ulang dari industri. 

"Dan juga mungkin antisipasi karena Pemilu dan sebagainya, orang sedikit lebih was-was, tapi secara keseluruhan industri masih sangat sehat," lanjut Sudjono.