<p>Bank Indonesia./ Annual Report ID</p>
Industri

BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan 4 Persen

  • JAKARTA – Suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diprediksi tetap bertahan di level 4 persen pada Rapat Dewan Gubernur atau RDG bulan ini. Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menilai, kebijakan tersebut bakal diambil, kendati Bank Indonesia masih punya ruang penurunan suku bunga acuan. “Saya perkirakan BI akan mempertahankan suku bunga […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diprediksi tetap bertahan di level 4 persen pada Rapat Dewan Gubernur atau RDG bulan ini.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menilai, kebijakan tersebut bakal diambil, kendati Bank Indonesia masih punya ruang penurunan suku bunga acuan.

“Saya perkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan, meskipun sebenarnya masih punya ruang untuk penurunan karena inflasi yg rendah,” ungkapnya kepada TrenAsia.com, Kamis, 19 November 2020.

Selain itu, ujarnya, nilai tukar rupiah juga cenderung stabil. Pada perdagangan siang ini, rupiah di pasar spot ada di level Rp14.151 per dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tersebut melemah 81 basis poin (bps) atau 0,58% dibandingkan Rp14.070 pada penutupan sebelumnya.

“Saya perkirakan BI akan menunda penurunan suku bunga acuan sampai tahun depan,” tambah Piter.

Ia menambahkan, BI perlu memberikan waktu kepada perbankan untuk merespons penurunan suku bunga acuan sepanjang tahun ini.

Suku Bunga Acuan Saat Ini 4%

Seperti diketahui, pada RDG bulan lalu BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility juga tetap di level 3,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kebijakan itu ditempuh di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah.

“Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4 persen,” ungkapnya.

Ia menekankan pada jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas. Termasuk dukungan BI kepada pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN 2020 guna mendorong pemulihan ekonomi.

Di samping itu, ia juga menempuh ulang sejumlah langkah, yakni melanjutkan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar. Selanjutnya, memperkuat operasi moneter lebih akomodatif.

“BI juga mempercepat pendalaman langkah-langkah pasar uang dan pasar valuta asing melalui pengembangan sarana infrastruktur transaksi berbasis elektronik,” tambahnya.

Kemudian, BI akan memperkuat implementasi kebijakan untuk mendorong UMKM melalui peningkatan kapasitas, akses pembiayaan, dan digitalisasi. Hal itu sejalan dengan gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia.

Selain itu, penguatan ekosistem ekonomi keuangan melalui instrumen pembayaran digital dilakukan lewat fintech, e-commerce, dan perbankan.

“BI akan menempuh kebijakan lanjutan yang diperlukan untuk pemulihan ekonomi nasional. Dengan tetap mencermati dinamika pasar keuangan global dan dampak penyebaran COVID-19,” kata Perry.