BI: Ketahanan Perbankan Indonesia Tetap Kokoh di Tengah Dinamika Ekonomi Global
- Pada bulan November 2023, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) mencapai level tinggi sebesar 27,86%, menandakan kestabilan dan keamanan sektor perbankan dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Perbankan
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan bahwa ketahanan perbankan Indonesia tetap kokoh di tengah dinamika ekonomi global.
Pada bulan November 2023, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) mencapai level tinggi sebesar 27,86%, menandakan kestabilan dan keamanan sektor perbankan dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Perry juga menekankan bahwa likuiditas perbankan tetap pada tingkat memadai, dengan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada Desember 2023 yang mencapai 28,73%. Hal ini menunjukkan kemampuan perbankan dalam memelihara tingkat likuiditas yang sehat.
- GoTo Financial Luncurkan Hardware Moka Prime untuk Dukung Aktivitas UMKM
- LX International Resmi Kuasai 60 Persen Saham Emiten Nikel (NICE)
- IKN Segera Groundbreaking Keempat, Ada Lembaga Negara-BUMN
Dukungan terhadap likuiditas perbankan juga tercermin dari tingginya penempatan dana perbankan pada surat berharga yang likuid dan implementasi Kebijakan Insentif Likuditas Makroprudensial (KLM).
Strategi operasi moneter yang pro-market, seperti perdagangan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) di pasar sekunder, memberikan fleksibilitas kepada bank dalam mengelola likuiditas mereka.
Selain itu, rasio kredit bermasalah perbankan (Non-Performing Loan/NPL) tercatat rendah, yaitu sebesar 2,19% (bruto) dan 0,75% (neto).
Angka ini dikatakan Perry sebagai cerminan manajemen risiko yang baik dari sektor perbankan, yang mampu menjaga kualitas portofolio kreditnya.
“Secara keseluruhan, ketahanan perbankan yang kuat tersebut didukung oleh kemampuan bayar korporasi dan rumah tangga yang tetap baik, sejalan dengan kinerja korporasi dan ekspektasi penghasilan rumah tangga yang terus membaik,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 17 Januari 2024.
Dalam menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian ke depan, BI telah melakukan uji stres (stress-test) yang menunjukkan bahwa ketahanan perbankan tetap kuat.
Perry menegaskan bahwa bank sentral akan terus bekerja sama dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk memitigasi potensi risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan.
- Siap-Siap Harga Sewa Mall Disebut akan Naik 2024
- Respons Pelni Soal Dugaan Korupsi di Perusahaan
- Saham ‘Terbakar’ Jadi Rp2 per Unit, BUMN Genggam 14% Saham SBAT
Suku Bunga Ditahan di 6 Persen
RDG Bank Indonesia pada tanggal 16-17 Januari 2024 menyimpulkan untuk mempertahankan BI-Rate pada tingkat 6,00%.
Keputusan ini sejalan dengan komitmen Bank Indonesia terhadap kebijakan moneter yang pro-stability, dengan fokus pada penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Langkah-langkah pre-emptive dan proaktif diambil untuk memastikan inflasi tetap terkendali sesuai sasaran 2,5±1% yang ditetapkan untuk tahun 2024.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pendekatan makroprudensial yang longgar terus diimplementasikan untuk mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.
BI juga mempercepat akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Tujuannya adalah meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi-keuangan digital.