BI Laporkan Surplus Neraca Perdagangan dan Transaksi Modal
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 sebesar US$2,33 miliar. Angka tersebut kembali surplus setelah sebelumnya tercatat US$3,24 miliar. Direktur Eksekutif BI Onny Widjanarko mengatakan, secara keseluruhan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari hingga Agustus 2020 sebesar US$11,05 miliar. “Jumlah tersebut meningkat signifikan dari capaian periode yang sama tahun 2019 […]
Industri
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 sebesar US$2,33 miliar. Angka tersebut kembali surplus setelah sebelumnya tercatat US$3,24 miliar.
Direktur Eksekutif BI Onny Widjanarko mengatakan, secara keseluruhan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari hingga Agustus 2020 sebesar US$11,05 miliar.
“Jumlah tersebut meningkat signifikan dari capaian periode yang sama tahun 2019 yang mengalami defisit US$2,06 miliar,” kata Onny dalam siaran tertulis yang dikutip TrenAsia.com, Rabu, 16 September 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurut Onny, surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan.
Neraca perdagangan nonmigas Agustus 2020 mencatat surplus US$2,67 miliar, sedikit menurun dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumya sebesar US$3,52 miliar.
“Perkembangan ini dipengaruhi tetap terjaganya ekspor nonmigas, terutama pada komoditas besi dan baja, logam mulia serta lemak dan minyak hewan atau nabati,” jelas Onny.
Sementara itu, impor nonmigas khususnya pada kelompok barang konsumsi dan bahan baku, meningkat, sejalan mulai membaiknya aktivitas ekonomi pascarelaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Namun, neraca perdagangan migas masih mengalami defisit, yakni sebesar US$0,34 miliar, dipengaruhi oleh penurunan ekspor migas, terutama komoditas hasil minyak.
Transaksi Modal
Sementara itu, transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2020 juga mencatat surplus cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
“Surplus transaksi modal dan finansial tercatat sebesar US$10,5 miliar terutama berasal dari aliran masuk neto investasi portofolio dan investasi langsung, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit US$3 miliar,” paparnya.
Aliran masuk investasi portofolio yang meningkat tersebut berbentuk penerbitan global bond oleh pemerintah dan korporasi, serta pembelian Surat Utang Negara (SUN).
Menurutnya, aliran masuk modal asing tersebut masuk dipengaruhi oleh likuiditas global yang meningkat. Aliran modal juga dipengaruhi imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, dan terjaganya keyakinan investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
“Investasi langsung turut menyumbang surplus pada neraca transaksi modal dan finansial,” tambah Onny.
Onny menegaskan, pihaknya senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Koordinasi dilakukan agar aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik kembali membaik.
“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian,” katanya.